Bloomberg Technoz, Jakarta - Gerhana Matahari yang berpeluang terjadi empat hari lagi atau 8 April 2024 tidak sekadar masuknya fase Bumi mengalami kegelapan di siang Hari. Terdapat beberapa fenomena, salah satunya ledakan. Apakah punya dampak ke Indonesia?
Ledakan Matahari menghasilkan gelombang cahaya yang keluar di seluruh spektrum. Hal itu membahayakan manusia, terkhusus para astronom yang tengah berada di luar angkasa atau di ketinggian (seperti di dalam pesawat terbang).
Potensi bahaya radiasi, seperti iritasi kulit dalam jangka pendek adalah iritasi kulit, atau yang lebih serius kanker kulit pada waktu lebih lama. Ini terjadi karena Matahari yang menyimpan energi magnetik dan arus listrik dalam jumlah besar, hingga memicu kuatnya gaya tarik gravitasi.
Ledakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rutinitas aktivitas matahari. Beberapa dikenal dengan istilah lontaran massa korona atau Coronal Mass Ejections (CMEs), dikutip dari Livescience, Kamis (4/4/2024).
Ilmuwan pun siap ikut dalam kesempatan langka tiap 54 tahun tersebut. Pasalnya Gerhana Matahari menjadi cara mereka mempelajari pusat tata surya tersebut, khususnya pada korona Matahari atau atmosfer terluar yang tipis dan halus.

Korona dapat lebih jelas terlihat dari planet Bumi di Benua Amerika belahan utara, mulai dari i Sinaloa, Meksiko, sampai Newfoundland, Kanada. Indonesia tidak menjadi bagian dari jalur pengamatan Gerhana Matahari tahun 2024.
Baca Juga: Kenapa Gerhana Matahari 2024 Tidak Bisa Dilihat dari Indonesia?
Pengamatan semakin dinanti karena siklus Matahari tahun ini ada di titik ekstrim maksimum — terjadi setiap 11 tahun sekali. Hal yang menurut Ilmuwan, dikutip dari Nature, terdapat gelombang medan magnet yang semakin kuat sehingga menghasilkan bintik di Matahari.
Ledakan akan semakin terlihat karena penduduk Bumi akan mendapati Matahari yang seolah berbentuk cincin karena pertemuan orbit sebidang dengan Bulan.

Gerhana Matahari yang terjadi dalam hitungan menit membuat para pengamat gerhana berpotensi melihat lingkaran plasma bermuatan listrik dengan ukuran jauh lebih besar dari diameter Bumi.
Ilmuwan fisika dari National Solar Observatory di Boulder, Colorado, Ryan French menyebut bahkan ada potensi tampak struktur spiral berputar tinggi di atmosfer Matahari. Sebuah ilustrasi ledakan Matahari juga telah dipublikasikan oleh NASA Space News.

(wep)