Logo Bloomberg Technoz

BI Enggan Kerek Suku Bunga, Ekonom Yakin Rupiah Masih Akan Redup

Redaksi
02 April 2024 12:44

Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Selasa (2/4/2024) dibuka ambles nyaris ke level Rp16.000, tepatnya Rp15.963/US$ pada 09.05 WIB. Ekonom meyakini pelemahan nilai tukar rupiah masih akan terjadi dalam beberapa waktu mendatang.

"Kami yakin pelemahan mata uang masih terjadi karena perbedaan suku bunga yang besar, terutama karena BI (Bank Indonesia) enggan menaikkan suku bunga secara agresif seperti bank sentral lainnya," ujar Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam hasil risetnya, dikutip Selasa (2/4/2024).

Dia menjelaskan selama ini BI selalu bersikeras untuk memberikan panduan penurunan suku bunga di tengah situasi yang berlawanan. Hal ini yang dilakukan pada Juli, Agustus, dan September 2023 lalu, sebelum menaikkan suku bunga acuan (BI-Rate) secara mengejutkan pada Oktober 2023.

"Terikat oleh panduan dovish-nya, bank sentral kurang memiliki fleksibilitas dan kredibilitas ketika berupaya memukul spekulan valuta asing yang memanfaatkan keengganan BI untuk menaikkan suku bunga dengan membangun posisi short dalam rupiah," papar Satria.

Menurut dia, kesenjangan suku bunga yang besar antara Indonesia dan negara maju lain tidak terjadi secara berkelanjutan. Hal ini tercermin dari kinerja buruk rupiah pada November dan Desember 2023 ketika bank sentral AS Federal Reserve mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga. Meskipun nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp15.395/US$ pada periode tersebut, nilai tukar rupiah seharusnya dan bisa saja terapresiasi lebih tinggi.