Logo Bloomberg Technoz

Gara-Gara Rupiah Ambles, Waspada Utang RI Kian Bengkak

Tim Riset Bloomberg Technoz
02 April 2024 11:35

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kejatuhan nilai tukar rupiah ke level terlemah dalam empat tahun terakhir dan nyaris menjebol Rp16.000/US$ dalam perdagangan spot hari ini, Selasa (2/4/2024) menempatkan keuangan negara dalam risiko yang tidak kecil. Defisit APBN 2024 bisa semakin melebar dan bisa semakin menurunkan pamor surat utang terbitan pemerintah.

Dalam penyusunan APBN, pemerintah memakai berbagai asumsi yang menjadi dasar perhitungan perkiraan nilai penerimaan dan belanja pemerintah. Asumsi yang digunakan di antaranya kurs dolar AS, harga minyak dunia, asumsi inflasi, hingga tingkat imbal hasil surat utang (SBN), dan lain-lain.

Untuk APBN 2024, pemerintah memakai asumsi kurs dolar AS di level Rp15.000. Dengan kini kurs dolar AS sudah semakin melemah mendekati Rp16.000, beban utang pemerintah bisa kian besar.

Setiap pelemahan nilai rupiah sebesar Rp100/US$, nilai pengeluaran pemerintah pusat bisa melonjak Rp10,1 triliun. Sementara kenaikan nilai pendapatan negara hanya bertambah Rp4 triliun. Dengan demikian, setiap pelemahan rupiah Rp100/US$, defisit APBN bertambah Rp6,2 triliun. 

Bila berkaca pada pergerakan rupiah sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah 3,7% year-to-date. Pergerakan rata-rata rupiah sepanjang tahun ini ada di kisaran Rp15.666/US$. Artinya, pergerakan rupiah tahun ini sudah lebih lemah hampir Rp700/US$ dari asumsi di APBN 2024. Menghitung sensitivitas, maka defisit APBN bertambah hingga Rp45,5 triliun. Bila rupiah sampai jebol Rp16.000/US$, defisit bisa meningkat Rp62 triliun.