Logo Bloomberg Technoz

Mengacu pada data distribusi simpanan yang dilansir oleh Lembaga Penjamin Simpanan per Januari, simpanan dengan nilai saldo di bawah Rp100 juta turun 2,3% dibanding akhir 2023 atau berkurang sekitar Rp23 triliun. Secara keseluruhan, dana simpanan masyarakat di bank (DPK) pada Januari turun tipis 0,5% menjadi Rp8.393 triliun.

Penurunan tabungan di bawah Rp100 juta pada Januari lalu sebenarnya lebih kecil dibanding Januari pada tahun-tahun sebelumnya. Pada Januari 2023 dan 2022 misalnya, simpanan di bawah Rp100 juta juga tergerus turun 4,31% dan 4,25%. Bahkan pada 2021, nilainya anjlok sampai 7,92% ketika pandemi masih panas.

Tren serupa kelihatannya berlanjut walau mungkin penurunannya lebih termoderasi. Mandiri Spending Index per 25 Februari lalu mencatat, kelompok konsumen dengan rata-rata tabungan di bawah Rp1 juta terlihat menggunakan tabungannya untuk menopang belanja. Hal itu terindikasi dari kenaikan indeks belanja ketika indeks tabungannya menurun.

Sementara kelompok menengah (konsumen dengan rata-rata tabungan Rp1-10 juta) dan kelompok atas (konsumen dengan rata-rata tabungan di atas Rp10 juta) indeks tabungannya stagnan ketika indeks belanja cenderung turun.

Dengan musim perayaan semakin mendekati puncak ketika harga pangan seperti beras masih belum jinak sepenuhnya, fenomena 'mantab' yang berlanjut bisa semakin menekan pertumbuhan DPK di perbankan.

Deposito dan Lini Digital

Indeks Ekspektasi Kinerja menjadi satu dari tiga komponen Indeks Orientasi Bisnis Perbankan. Dua indeks penyusun lain yakni Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi dan Indeks Persepsi Risiko, yang tercatat di posisi 47 dan 53 dari semula 43 dan 58. Akibat penurunan dua komponennya, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan pada kuartal 1-2024 pun turun dari 62 menjadi 56. 

Terkait risiko kredit misalnya, walau memperkirakan kualitas kredit masih akan terjaga, responden survei melihat masih ada potensi peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) yang bersumber dari pemburukan kredit restrukturisasi Kolektibilitas 1 dan 2 seiring berakhirnya kebijakan restrukturisasi secara keseluruhan pada bulan ini.

Selain itu, meski rasio PDN pada akhir tahun masih rendah di angka 1,44% jauh di bawah batas 20%, para bankir melihat masih ada potensi peningkatan risiko pasar dari suku bunga yang dapat menekan margin laba bersih perbankan (NIM) akibat tingginya biaya dana (cost of fund) akibat tingginya bunga acuan saat ini. 

Secara umum, para bankir menilai ketidakpastian kondisi ekonomi global dan domestik tahun ini masih besar sehingga perbankan akan melakukan beberapa strategi di antaranya mendorong pertumbuhan dana murah melalui optimalisasi kapasitas dan kapabilitas digital. Juga, mendivesifikasi sumber dan penggunaan dana. Bank juga melakukan stress test untuk melihat kapabilitas dan kinerja debitur dalam menghadapi tekanan-tekanan.

"DPK juga akan tumbuh sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah. Kenaikan DPK diperkirakan akan lebih didorong terutama oleh deposito," demikian dijelaskan dalam laporan survei yang sama.

Bank Indonesia akan mengumumkan data terbaru kondisi perbankan di Tanah Air dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur bulan Maret, pada siang nanti. Dalam paparannya, Dewan Gubernur BI akan mengungkapkan kondisi likuiditas perbankan, perkembangan kinerja kredit hingga DPK juga prospek industri ke depan di tengah perkembangan makroekonomi terkini.

(rui/aji)

No more pages