Logo Bloomberg Technoz

Raksasa Tambang Global Tekor Berjemaah, Imbas Oversupply Nikel RI

Sultan Ibnu Affan
23 February 2024 10:40

Sebuah truk di tambang nikel terbuka Tim King Pit Wilayah Barat NL di Spotted Quoll, di Forrestania, Australia Barat./Bloomberg-Ron D'Raine
Sebuah truk di tambang nikel terbuka Tim King Pit Wilayah Barat NL di Spotted Quoll, di Forrestania, Australia Barat./Bloomberg-Ron D'Raine

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sepekan terakhir, berbagai korporasi pertambangan gigantis kompak melaporkan rapor merah kinerja keuangan; sejalan dengan kerugian yang diderita akibat kemerosotan harga nikel dunia akibat kelebihan pasok dari Indonesia.

Glencore Plc, misalnya, melaporkan penurunan laba inti tahunan yang cukup tajam sepanjang 2023, yakni senilai US$17,1 miliar.

Laba itu setidaknya turun hampir setengah dari perolehan laba pada tahun sebelumnya atau 2022 yang mencapai US$34,06 miliar, ketika krisis energi imbas invasi Rusia-Ukraina mengganggu arus perdagangan global dan menyebabkan lonjakan harga komoditas mineral.

Selain itu, perusahaan berbasis di Swiss yang terdaftar di bursa London itu juga memangkas dividennya menjadi US$1,6 miliar, seiring dengan turunnya laba per saham dari US$1,33 menjadi US$0,34.

Nilai aset tambang Glencore/Bloomberg

Dikutip Bloomberg, Glencore berdalih penurunan dividen dan laba itu terjadi sejalan dengan akuisisi salah satu perusahaan batu bara yakni Teck Resources Ltd senilai US$6,93 miliar, serta pembayaran peningkatan utang.