Logo Bloomberg Technoz

Sebaliknya, Vision Fund menawarkan dukungan yang lebih terukur untuk perusahaan seperti TravelPerk, yang menjual perangkat software perjalanan perusahaan dan berharap untuk menggabungkan tools AI, daripada menciptakan yang baru.

Dana ini “melihat dengan sangat hati-hati” kepada perusahaan-perusahaan AI generatif, kata Alex Clavel, co-CEO, namun bahwa mereka akan menempatkan taruhannya dengan bijak.

“Apakah kami akan sedikit berhati-hati dan sensitif terhadap valuasi?” Sumer Juneja, kepala SoftBank untuk area Eropa, Timur Tengah, Afrika dan India, mengatakan dalam sebuah wawancara di kantor perusahaan di London. “Tentu saja.”

Pendekatan SoftBank ini muncul setelah penurunan pasar, yang diperburuk oleh tingkat bunga tinggi serta surutnya pasar IPO, dan  kesulitan keuangan perusahaan itu sendiri. 

Vision Fund I, sebuah entitas besar yang didukung oleh lembaga investasi dan kekayaan negara (sovereign wealth funds/SWF) negara Saudi dan Emirat, sebagian besar telah berhenti mencari perusahaan startup baru - bahkan ketika mereka meraup keuntungan besar dari kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan seperti DoorDash Inc dan induk TikTok, ByteDance Ltd.

Vision Fund II, yang diluncurkan pada tahun 2019, sepenuhnya bergantung pada dana dari SoftBank, sebuah kumpulan modal yang telah berkembang pesat dalam seminggu terakhir—berkat kepemilikan mayoritas perusahaan di Arm Holdings Ltd. Namun, sejatinya nilai pendanaan masih minus US$19 miliar pada kuartal terakhir.

Capaian investasi dana Softbank di banyak perusahaan dilakukan secara hati-hati. (Dok: Bloomberg)

Terlepas dari itu, Son telah meningkatkan transaksi di tempat lain, berinvestasi secara langsung melalui SoftBank di truk otonom, pergudangan, dan usaha AI lainnya yang dianggap “strategis” oleh perusahaan.

Pada kuartal terakhir, SoftBank menginvestasikan hampir tiga kali lebih banyak uang melalui neraca keuangannya sendiri daripada melalui Vision Fund.

Clavel membantah anggapan bahwa SoftBank dan Vision Fund bersaing dalam hal apa pun. “Ini bukan orang-orang Vision Fund yang berjalan dengan cara ini, dan Masa yang berjalan dengan cara itu," ujarnya, merujuk pada Son. “Ini adalah pendekatan tim yang terintegrasi."

Dengan sektor teknologi Eropa yang tertinggal dari AS dan Asia, kawasan ini mungkin akan menjadi tempat uji coba bagi strategi baru Vision Fund.

Juneja, yang bergabung dengan SoftBank pada tahun 2018, telah menginstruksikan timnya untuk melewatkan kesepakatan yang bernilai lebih dari US$1 miliar, dan tidak memimpin pendanaan sendirian.

Mereka juga diperintahkan untuk tidak membeli lebih dari seperlima ekuitas startup, dan mengincar pendanaan sebesar US$4 miliar atau kurang dari itu.

SoftBank akan berinvestasi “secara malu-malu,” seperti yang dikatakan oleh CFO perusahaan pada musim panas lalu, “dengan rasa takut di dalam hati kami.”

Ini adalah perubahan yang luar biasa dari awal mula perusahaan. Diluncurkan di London pada tahun 2017 dengan dana sebesar US$100 miliar dan tim yang besar, Vision Fund I membuat “kejutan dan kekagetan” di dunia modal ventura, kenang investor asal Inggris, Keith Wallington.

Vision Fund II, lebih kecil dan tidak memiliki investor dari luar, tetapi juga membuat gebrakan besar, seorang diri menciptakan unicorn di pasar seperti India. 

Ketika Juneja tiba di markas Vision Fund di London pada September 2022, pasar teknologi telah mendingin dan dana tersebut penuh dengan faksi-faksi yang bertikai. Ini masih ditambah dengan masalah kepatuhan.

Setahun sebelumnya, SoftBank mengalami salah satu pukulan terburuknya di Eropa setelah bertaruh besar-besaran pada pemberi pinjaman yang gagal, Greensill Capital.

SoftBank juga menyuntikkan dana yang sangat besar ke perusahaan-perusahaan startup seperti Klarna dan Revolut, yang kini bernilai jauh di bawah valuasi puncaknya.

SoftBank. (Dok: Bloomberg)

SoftBank saat ini berfokus pada pengelolaan portofolio yang ada dan mengurangi kerugian. Sementara Vision Fund II menginvestasikan lebih dari US$40 miliar di perusahaan startup selama tahun fiskal 2021. Entitas ini menginvestasikan US$3,8 miliar pada tahun 2023—dan hanya US$90 juta pada kuartal terakhir. 

Berakhirnya era transaksi yang cepat telah membuat kantor di London kehilangan beberapa mitra ternama: Rajeev Misra meninggalkan peran investasinya di perusahaan, meskipun ia tetap mengawasi Vision Fund I.

Investor Yanni Pipilis dan Munish Varma mengikutinya ke perusahaan barunya. Tahun lalu, Vision Fund memangkas sekitar 13% staf di kedua entitas pendanaan tersebut. Seorang juru bicara mengatakan tidak ada rencana untuk pemangkasan lebih lanjut tahun ini.

Strategi investasi yang diperkecil berarti lebih banyak keterlibatan dengan perusahaan-perusahaan yang sudah bekerja sama dengan Vision Fund.

Juan Urdiales, co-CEO Job&talent, perusahaan Spanyol, mengatakan bahwa para mitra SoftBank secara aktif membantunya merekrut karyawan ketika startupnya berekspansi ke Amerika Serikat.

Wallington, investor asal Inggris, memiliki kursi dewan dan bertidak sebagai pengawas, bersama SoftBank di Peak AI, sebuah perusahaan perangkat software lunak asal Inggris.

Ia menggambarkan para direktur SoftBank sebagai sosok yang hadir dan membantu, meskipun tidak banyak bicara, dalam berbagai pertemuan.

“Mereka cukup bersahaja. Mereka mungkin ingin memastikan bahwa mereka tidak dipandang sebagai orang kaya raya,” kata dia.

Vision Fund II masih memiliki sekitar US$6,4 miliar yang tersisa untuk dibelanjakan, meskipun SoftBank, sebagai investor tunggal, dapat menambahnya.

Serangkaian kinerja saham-saham besar yang didanai SoftBank. (Dok: Bloomberg)

Saham SoftBank, dan kekayaan pribadi Son, mendapat dorongan dari lonjakan harga saham Arm Holdings Plc. SoftBank memiliki sekitar 90% saham perusahaan perancang cip yang sahamnya telah melonjak lebih dari 60% sejak mereka mengatakan bahwa belanja AI meningkatkan penjualan dalam laporan keuangan minggu lalu. 

Namun, kehati-hatian dana tersebut jadi catatan lain bagi para analis. Mereka khawatir perusahaan ‘akan ketinggalan kereta’ dalam gerak investasi bidang  AI generatif.

“Sentimen investor tetap sangat kuat untuk nama-nama AI secara global, tetapi tidak untuk SoftBank,” tulis analis di CLSA dalam sebuah catatan minggu lalu. 

Clavel menolak gagasan bahwa Vision Fund telah keluar dari pasar. “Kami tidak berada dalam lingkungan investasi yang masuk akal untuk memberi banyak bahan bakar ke dalam api,” katanya. “Meski bgitu kami sangat aktif ikut serta.”

Mate Rimac, CEO Rimac Automobili, produsen mobil sport listrik yang didukung oleh Vision Fund di Kroasia, menemukan strategi baru ini pada awal tahun lalu. Pada saat itu, ia ingin mengembangkan perusahaan startupnya menjadi beberapa lini produksi baterai. Juneja, yang duduk di dewan direksinya, menentang langkah tersebut.

Mereka berkompromi: Rimac dapat melakukan ekspansi, tetapi ia harus berada di titik tertentu untuk menerima lebih banyak uang dari SoftBank.

SoftBank mengalami perbaikan bisnis setelah diterpa badai pandemi Covid-19. (Dok: Bloomberg)

“Alih-alih berdasarkan fiksi ilmiah,” kata Juneja, kesepakatan ini didasarkan pada laba atas ekuitas. “Ada waktu dalam siklus ketika Anda harus sangat berhati-hati dengan modal yang Anda miliki.”

Datang dari investor yang terkenal menuruti keinginan para CEO yang dipilihnya, hal ini sangat mengejutkan.

“Sekarang, temanya adalah 'lebih konservatif. Mereka bahkan menghindari risiko,” jelas Rimac.

Tim baru Vision Fund telah mencoba untuk melepaskan reputasinya karena mendorong perusahaan startup terlalu dekat dengan ‘matahari’.

Salah satu founder di London, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengenang pertemuan baru-baru ini dengan perwakilan SoftBank yang dimulai dengan meminta pengusaha untuk mengabaikan apa yang sebelumnya mereka dengar tentang mereka.

Juneja menganggap hal ini sebagai bagian dari proses. “Ini adalah tentang mencairkan suasana. Ada banyak orang yang mengatakan, 'Dengar, kawan, apa pun keberatan Anda, mari kita singkirkan itu,” ucap dia.

Untuk AI, Vision Fund telah mengambil pendekatan yang berbeda dari kebanyakan perusahaan modal ventura lainnya. Mereka menarik diri dari investasi saat AI generatif meledak, dan menahan diri untuk tidak mendukung perusahaan startup dalam mewujudkan model bahasa besar.

Valuasi atasn Vision Fund milik SoftBank. (Dok: Bloomberg)

Sebaliknya, Vision Fund menargetkan perusahaan dengan saluran penjualan yang mapan dan data eksklusif yang tertarik untuk menggabungkan AI terbaru daripada membangunnya sendiri. Juneja mengutip beberapa investasi Softbank di Eropa baru-baru ini, termasuk Job&talent, sebuah pasar perekrutan; ContractPodAi, penyedia manajemen perangkat lunak; dan TravelPerk, perusahaan yang memiliki “data, distribusi, dan akses pelanggan” untuk memanfaatkan kemajuan AI terbaru.  

Namun, mengingat obsesi Son yang sudah lama terhadap AI, seluruhnya bertanya-tanya berapa lama hal ini akan bertahan. 

Para founders yang mengumpulkan hasil investasi dari Vision Fund masih mengikuti tradisi bertemu dengan Son sebelum cek ditulis. Setelah percakapannya, Rimac mencatat fiksasi Son pada AI, meskipun ia mengatakan bahwa Son lebih tertarik pada daya tarik penjualan produsen mobil yang ada daripada potensi AI-nya. “Dalam kasus kami, sudah ada bisnis yang solid,” kata Rimac. 

Meskipun Clavel mengatakan bahwa Son terus bekerja sama dengan divisinya, tidak jelas apakah taruhan baru yang paling berani dari taipan tersebut pada AI—sebuah usaha tentatif antara  chief OpenAI Sam Altman dan Jony Ive — akan terhubung dengan Vision Fund atau tidak. SoftBank tidak bersedia memberikan komentar kepada Son, tetapi mengatakan bahwa strategi baru tersebut “konsisten” dengan tujuan investasinya.

Ketika SoftBank mengejar taktik barunya, salah satu tujuan utamanya adalah memanen keuntungan dari portofolionya yang besar daripada membiayai perusahaan startup namun tak menguntungkan bahkan bertumbuh. Dalam jajak pendapat baru-baru ini terhadap perusahaan startup-nya, Vision Fund menemukan bahwa sebagian besar dari mereka optimis tentang peluang IPO yang akan terjadi pada akhir tahun 2024.

“Para bankir sedang mendekati kami, tapi ini bukan frenzy,” tegas dia. 

Sepertinya SoftBank juga tidak akan kembali ke pendekatan investasi beroktan tinggi sebelumnya. Ketika ditanya apakah Vision Fund akan membuat lebih banyak kesepakatan tahun ini dibandingkan tahun lalu, Clavel menjawab secara hati-hati. “Saya pikir kami akan melakukannya. Saya harap kami akan melakukannya. Kami adalah perusahaan yang optimis,” pungkas dia.

(red/wep)

No more pages