Logo Bloomberg Technoz

"Namun, seiring dengan peningkatan permintaan kendaraan listrik tentu kebutuhan nikel juga akan meningkat," ujar dia.

Berdasarkan laporan Bloomberg, pembangunan smelter raksasa di Kanada itu diperkirakam beroperasi pada 2027 dan menelan biaya investasi US$1 miliar.

Selain itu, perusahaan juga berencana membangun pabrik produksi baja nirkarat dan paduan untuk memproses konsentrat nikel dan kromium, yang akan menelan biaya tambahan US$2 miliar, menurut Chief Executive Officer Canada Nickel Mark Selby.

Rencana tersebut bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam rantai pasokan kendaraan listrik di Amerika Utara, yang umumnya kekurangan infrastruktur untuk memproses dan memurnikan bahan-bahan utama seperti nikel, tembaga, dan litium.

Bola-bola nikel./Bloomberg-Cole Burston


Dampak ke Indonesia

Lebih lanjut, Rizal berpendapat perkiraan penambahan permintaan serapan nikel dari pabrik tersebut tidak akan berpengaruh langsung terhadap pasar nikel di Indonesia, sebagai negara yang kini juga telah menyumbang 57% pasar komoditas itu di dunia, yang sebagian juga diolah untuk bahan baku baterai EV.

"Implikasinya ke Indonesia ini tidak terlalu berpengaruh, karena produksi nikel di Kanada fokusnya untuk pengembangan EV di Amerika Utara. Pengaruh yang utama tentu jika kelebihan suplai akan memengaruhi harga di pasar global," tutur Rizal.

Menurutnya, produksi nikel Indonesia saat ini masih tergolong relatif lebih murah, dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Australia dan Kanada.

"Dengan demikian, kemungkinan besar apabila harga nikel terus menurun tentu yang lebih dulu terdampak, bahkan sampai penutupan tambang adalah tambang nikel di negara lain."

Indonesia sendiri sebelumnya memang tengah jorjoran memproduksi nikel di dalam negeri, seiring dengan ambisi hilirisasi pemerintah untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai dan EV dunia.

Akan tetapi, ambisi tersebut dinilai malah memperparah kemerosotan harga komoditas mineral logam penting itu, akibat jorjoran produksi Tanah Air, yang didorong oleh investasi smelter dari China dan terobosan teknologi besar.

Bahkan, tambang-tambang nikel di seluruh dunia pun berisiko ditutup, sedangkan tambang-tambang lain meminta dana talangan negara atau bangkrut.

(ibn/wdh)

No more pages