Logo Bloomberg Technoz

Risiko Krisis Transportasi Mengintai di Balik Euforia Insentif EV

Rezha Hadyan
08 March 2023 13:33

Penjualan motor listrik di Jakarta, Senin (6/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Penjualan motor listrik di Jakarta, Senin (6/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta — Kalangan pakar transportasi menilai insentif kendaraan listrik yang ditujukan untuk mempercepat adopsi electric vehicle (EV) di dalam negeri lebih tepat untuk disalurkan kepada konsumen nonperkotaan besar, guna menghindari isu krisis transportasi pada masa depan.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan kondisi geografis Indonesia saat ini kian menyulitkan proses distribusi atau penyaluran bahan bakar minyak (BBM) di wilayah selain perkotaan lapis pertama.

Dengan demikian, dia menilai lebih bijak apabila insentif kendaraan listrik diprioritaskan untuk membenahi transportasi umum dan mobilitas di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) serta wilayah kepulauan. 

Untuk di perkotaan besar, alih-alih mendorong warga untuk mengadopsi kendaraan pribadi berbasis EV secara masif, pemerintah justru dapat menekan angka inflasi dengan makin memacu lebih banyak warga menggunakan transportasi umum.

Atas dasar itu, dia menilai sejatinya kebijakan insentif kendaraan listrik yang diformulasikan pemerintah saat ini masih kurang tepat, karena bisa menimbulkan masalah baru seperti kemacetan dan kecelakaan lalu lintas di perkotaan besar. 

Rencana pemerintah memberikan subsidi untuk sepeda motor listrik yang digunakan oleh angkutan online tidak memiliki pijakan dalam ekosistem transportasi di Indonesia.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno