Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Gas alam menjadi komoditas yang paling volatil di pasar energi dunia sepanjang tahun ini. Kondisi tersebut diperkirakan terus berlanjut pada 2024, meski suplai diproyeksi melimpah.

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan pasar gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) telah mengalami banyak perilaku yang tidak menentu dari sisi permintaan, akibat sentimen geopolitik.

“Misalnya, permintaan turun karena sebagian besar musim dingin pada 2023, suhu udara relatif sejuk. Kenaikan temporer diasumsikan, karena peristiwa di Israel berkontribusi terhadap kenaikan harga, lantaran Timur Tengah merupakan pemasok gas yang penting,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (29/12/2023).

Faktor lain yang menjadi katalis permintaan LNG, lanjutnya, adalah faktor musiman dan kekhawatiran bahwa kondisi cuaca pada musim dingin akan sulit. Harga gas alam pun terus meningkat karena pasokan ke Eropa berkurang dari semua penyuplai.

Outlook permintaan LNG global./Sumber: IEA, diolah Bloomberg


“[Isu] yang pertama dan terpenting, mulai pertengahan Oktober, pemogokan di pelabuhan Australia akan menyebabkan penurunan produksi gas alam global sebesar 10%. Selain itu, jaringan pipa gas utama dari Finlandia ke Eropa ditutup karena potensi sabotase,” ujar Sutopo.

Di sisi lain, Israel juga menuntut Chevron berhenti memproduksi gas karena meningkatnya risiko di wilayah tersebut, yang mengakibatkan berkurangnya pengiriman gas ke daratan Eropa melalui Mesir.

Untuk 2024, mengutip proyeksi International Energy Agency (IEA), Sutopo mengatakan pasokan gas alam dunia akan meningkat lebih dari setengahnya, dengan Amerika Serikat (AS) mengambil alih sebagai pemasok utama LNG.

“Perluasan terminal LNG Calcasieu Pass dan dimulainya kembali Freeport LNG, yang kembali beroperasi penuh pada akhir kuartal I-2023, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini,” ujarnya.

Tren harga gas alam./dok. Bloomberg


Imbas Laut Merah

Dari sisi pasokan, kapal tanker gas LNG belakangan ini mulai mengalihkan rute mereka dari Laut Merah, di tengah isu kekerasan terkait dengan perang Israel-Hamas. Walhasil, arus perdagangan gas dunia harus melalui rute lebih jauh sehingga berisiko menunda pengiriman bahan bakar superdingin tersebut.

Setidaknya lima kapal LNG telah mengubah arah sejak Jumat dua pekan lalu, menjauh dari perairan lepas pantai Yaman, titik jalan yang tidak dapat dihindari bagi kapal-kapal yang menggunakan Terusan Suez yang menghubungkan Eropa dan Asia, menurut data pelacakan kapal yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Belum jelas apakah semua kapal dialihkan karena ketegangan tersebut.

Perusahaan-perusahaan yang mengangkut gas alam, termasuk BP Plc dan Equinor ASA dari Norwegia, memilih untuk menghindari Laut Merah ketika militan Houthi yang didukung Iran meningkatkan serangan untuk mendukung Hamas.

Qatar, salah satu produsen LNG terbesar di dunia dan pemasok utama ke Eropa, terus melakukan transit di Laut Merah menuju Terusan Suez, menurut data pelacakan kapal.

Pengalihan ini juga terjadi pada saat jalur air laut-ke-laut penting lainnya di dunia untuk LNG, yaitu Terusan Panama, sangat dibatasi oleh kekeringan. Hal ini berarti lebih banyak pengiriman LNG AS ke Asia mungkin memerlukan rute yang lebih panjang di sekitar Afrika bagian selatan.

Harga gas alam Eropa melonjak 7% pada medio bulan ini,  di tengah meningkatnya kekhawatiran akan gangguan aliran energi.

Namun, Asia Utara, yang merupakan rumah bagi importir LNG terbesar, mempunyai persediaan yang cukup untuk musim dingin dan pembeli belum terburu-buru mencari pasokan alternatif, menurut para pedagang.

(wdh)

No more pages