“Rusia percaya mekanisme pembatasan terhadap harga minyak dan produk minyak Rusia merupakan intervensi dalam hubungan pasar dan perpanjangan dari kebijakan energi destruktif kolektif Barat,” kata Novak dalam sebuah pernyataan pada Jumat, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Dia meyakini langkah pemangkasan produksi pada Maret akan memastikan “pemulihan dalam hubungan pasar.”
Langkah Moskwa memangkas produksi 2 juta BOPD pertama kali diumumkan akhir tahun lalu oleh OPEC+, yang dipimpin Rusia bersama dengan Arab Saudi.
Dalam rapat komite awal bulan ini, para menteri dari kelompok negara penghasil minyak tersebut menilai tidak perlu mengubah batas produksinya hingga akhir 2023.
Sejak pemberlakuan larangan impor UE dan pembatasan harga, “sebagian besar pengamat memperkirakan beberapa penurunan produksi, dan Moskwa mungkin hanya berusaha menggambarkan pemotongan wajib sebagai pilihan kebijakan sukarela,” kata Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group dan mantan White Pejabat rumah.
"Saya ragu mitra OPEC+ Rusia terkejut dan tidak berharap pengurangan pasokan akan mengubah sikap kebijakan 'tetap tinggal' mereka,” lanjutnya.
Sampai sekarang, Rusia masih dapat menjual volume minyaknya ke pasar luar negeri, tetapi tidak ingin mematuhi kebiajakan batasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara Barat, kata Novak.
“Ketika membuat keputusan lebih lanjut, kami akan bertindak berdasarkan bagaimana situasi pasar berkembang,” tegasnya.
Sekadar catatan, pendapatan minyak Moskwa terpukul dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan sekitar $40 per barel minyak mentah Brent sejak Juni telah menjadi faktor terbesar.
Penurunan harga minyak mentah Ural—kelas ekspor utama Rusia—yang diperdagangkan ke patokan internasional juga telah melebar karena larangan impor UE dan batasan harga G7 memaksa negara itu untuk mencari pasar baru dan metode pengiriman alternatif.
Walakin, produksi Rusia ternyata sangat tangguh. Sejak mencapai level terendah pascainvasi sebesar 10,05 juta barel per hari pada April, produksi minyak Rusia meningkat kembali menjadi sekitar 10,9 juta BOPD pada akhir 2022.
Capaian tersebut tetap stabil hingga Januari 2023, meskipun UE melarang sebagian besar pengiriman minyak Rusia melalui laut pada 5 Desember 2022.
(bbn/wdh)