Logo Bloomberg Technoz

Special Research

PR Besar Menaklukkan Inflasi: Beras dan BBM

Ruisa Khoiriyah
06 September 2023 17:10

Pedagang beras melayani pembeli di Jakarta, Selasa (29/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang beras melayani pembeli di Jakarta, Selasa (29/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kenaikan harga minyak dunia melampaui level tertinggi November tahun lalu dicemaskan akan menyeret lagi negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia, dalam peperangan ulang penaklukan inflasi di kala tekanan harga pangan telah mulai membebani indeks harga konsumen.

Inflasi yang dikhawatirkan kembali melonjak menjadi tantangan bagi negara-negara berkembang Asia yang sejauh ini telah selesai berperang dengan bunga acuan sudah mencapai puncak tertingginya. 

Dengan tren kini berjalan sebaliknya, ada kekhawatiran bunga acuan di emerging market seperti Indonesia akan kembali naik di mana itu berpotensi menciptakan jebakan lain bagi pasar surat utang.

Keputusan Rusia dan Arab Saudi, dua negara eksportir minyak, melanjutkan pemangkasan produksi minyak, telah membawa harga minyak jenis Brent terbang hari ini menembus US$ 90 per barel.

Kenaikan harga minyak dunia bagi Indonesia bisa berdampak pada kian lebarnya defisit Transaksi Berjalan yang dapat menyeret nilai tukar rupiah. Beban ganda bagi valuta lokal yang sejauh ini sudah diberatkan oleh ekspektasi kenaikan bunga acuan negara-negara maju di sisa tahun ini.