Logo Bloomberg Technoz

Berpolitik Jadi Murah dan Mudah Berkat AI tapi Makin Bahaya

News
12 July 2023 19:30

Orang yang bekerja dengan kecerdasan buatan (Dok. Envato)
Orang yang bekerja dengan kecerdasan buatan (Dok. Envato)

Emily Birnbaum dan Laura Davison - Bloomberg News

Bloomberg, Simak sebuah iklan politik yang menghebohkan ini. Terdapat foto-foto mengenai serangan China ke Taiwan mempertontonkan penjarahan bank dan tentara bersenjata tengah menerapkan darurat militer di San Francisco. Seorang narator kemudian menyindir bahwa ini semua terjadi di bawah pengawasan Presiden Joe Biden.

Visual tersebut ada dalam iklan Komite Nasional Partai Republik (Republican National Committee/RNC) dan bukan kejadian sebenarnya. Skenario yang diilustrasikan tersebut jelas merupakan fiksi. Namun berkat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), foto-foto tersebut terlihat seperti nyata.

Hanya dalam hitungan hari setelah iklannya muncul secara online April kemarin, anggota kongres dari Partai Demokrat Yvette Clarke, mengajukan undang undang yang akan mewajibkan iklan politik untuk mengungkap dengan jelas konten yang dibuat oleh AI.  "Ini sudah keterlaluan," katanya dalam sebuah wawancara. Dalam iklan RNC tersebut terdapat sebuah tulisan kecil berupa peringatan yang bertuliskan, "Dibuat sepenuhnya dengan AI." 

RUU yang diusulkan Clarke tidak lolos di badan legislatif yang mayoritas diisi oleh Partai Republik. Namun kasus ini menunjukkan bahwa kemajuan pesat AI justru membawa masalah di Washington.

Pemilih di AS dan di seluruh dunia sudah kebanjiran konten politik buatan AI. Jika Anda membuka email yang meminta donasi misalnya maka mungkin akan membaca pesan yang disusun oleh apa yang disebut Model Bahasa Besar (Large-Language Model/LLM) yakni teknologi di balik ChatGPT. Di sisi lain, politisi juga semakin banyak memanfaatkan AI untuk mempercepat tugas-tugas biasa tetapi penting seperti menganalisis daftar pemilih, menyusun milis, sampai menulis pidato.