Logo Bloomberg Technoz

Potret Aktivitas Nelayan Cilincing Saat Cuaca Ekstrem

Andrean Kristianto
15 March 2024 19:06

Suasana aktivitas nelayan di Kampung nelayan, Cilincing, Jumat (15/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Suasana aktivitas nelayan di Kampung nelayan, Cilincing, Jumat (15/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Banyak nelayan di Cilincing, Jakarta Utara untuk menahan tidak melaut karena adanya cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Banyak nelayan di Cilincing, Jakarta Utara untuk menahan tidak melaut karena adanya cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Namun tak semua nelayan tidak melaut, ada juga yang nekat untuk mencari ikan di laut walau ada cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Namun tak semua nelayan tidak melaut, ada juga yang nekat untuk mencari ikan di laut walau ada cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Hasil tangkapan nelayan menurun drastis dari biasanya karena enggan berlama di tengah laut. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Hasil tangkapan nelayan menurun drastis dari biasanya karena enggan berlama di tengah laut. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Mereka yang tidak melaut mengisi kesibukan dengan memeriksa perahu miliknya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Mereka yang tidak melaut mengisi kesibukan dengan memeriksa perahu miliknya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Kapal-kapal yang tidak melaut banyak yang bersandar di kampung nelayan Cilincing. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Kapal-kapal yang tidak melaut banyak yang bersandar di kampung nelayan Cilincing. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Cuaca ekstrem dipicu berkembangnya sejumlah bibit siklon tropis di Samudera Hindia. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Cuaca ekstrem dipicu berkembangnya sejumlah bibit siklon tropis di Samudera Hindia. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Dinamika atmosfer ini bahkan telah menyebabkan hujan dengan intensitas ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Dinamika atmosfer ini bahkan telah menyebabkan hujan dengan intensitas ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Suasana aktivitas nelayan di Kampung nelayan, Cilincing, Jumat (15/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Banyak nelayan di Cilincing, Jakarta Utara untuk menahan tidak melaut karena adanya cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Namun tak semua nelayan tidak melaut, ada juga yang nekat untuk mencari ikan di laut walau ada cuaca ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Hasil tangkapan nelayan menurun drastis dari biasanya karena enggan berlama di tengah laut. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Mereka yang tidak melaut mengisi kesibukan dengan memeriksa perahu miliknya. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Kapal-kapal yang tidak melaut banyak yang bersandar di kampung nelayan Cilincing. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Cuaca ekstrem dipicu berkembangnya sejumlah bibit siklon tropis di Samudera Hindia. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Dinamika atmosfer ini bahkan telah menyebabkan hujan dengan intensitas ekstrem. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan terkait cuaca ekstrem yang mengancam wilayah Indonesia, terutama di Jakarta, hingga pekan depan. Peringatan ini diperpanjang dari yang sebelumnya hanya berlaku hingga Jumat (14/3/2024) menjadi hingga Senin (18/3/2024).

Cuaca ekstrem telah berdampak pada para nelayan yang beraktivitas di perairan Jakarta. Banyak di antara mereka yang merasa tidak aman untuk melaut dan memilih untuk tetap berada di darat demi keselamatan diri. Namun, ada juga yang masih nekat melaut, walaupun hasil tangkapannya jauh di bawah standar.

"Biasanya cuaca normal bisa 50 kilo sekarang hanya di 18 kilo karena kami juga takut kalau terlalu lama di tengah,” kata Alda, salah satu nelayan Rajungan saat ditemui di kampung nelayan Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (15/4/2024).

Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dipicu oleh berkembangnya sejumlah bibit siklon tropis di Samudera Hindia. Dinamika atmosfer ini bahkan telah menyebabkan hujan dengan intensitas ekstrem, yaitu di atas 150 mm, mencapai 238 mm, pekan lalu.

(dre)