Logo Bloomberg Technoz

Yoolim Lee, Bloomberg News - 

Bloomberg, Startup yang bergerak di sektor perikanan, eFishery, yang didirikan oleh anak muda Indonesia yang besar di lingkungan kumuh Jakarta, telah muncul sebagai unicorn langka setelah berhasil meraup pendanaan segar senilai US$ 200 juta atau setara Rp3,02 triliun.

Startup sektor agriteknologi tersebut valuasinya kini mencapai US$ 1,4 miliar, sekitar Rp21,20 triliun setelah mendapatkan suntikan dana segar dalam putaran pendanaan Seri D yang dipimpin oleh 42XFund dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan mengerek valuasinya dari sebesar US$410 juta pada 2022 lalu, menurut keterangan CEO EFishery Gibran Huzaifah.

Bukan cuma itu, beberapa investor mancanegara seperti Kumpulan Wang Persaraan (BUMN dana pensiun asal Malaysia), lalu ResponsAbility Investment AG dan 500 Global juga terlibat dalam putaran pendanaan startup ini, berbarengan dengan investor yang sudah ada sebelumnya seperti Northstar Group, Temasek Holdings Pte juga SoftBank Group Corp.

Startup eFishery yang menggandeng 70.000 petambak ikan dan udang di Indonesia, menjadi outlier di tengah periode tech winter ketika mayoritas berita utama berisi kabar PHK startup, mundurnya CEO dan valuasi yang mengkerut di sektor teknologi.

Perlambatan ekonomi global, kenaikan bunga acuan dan tingginya laju inflasi di sebagian besar kawasan telah banyak mendorong para investor startup di level global untuk sementara menarik diri. 

Gibran menjelaskan, dana segar dari putaran terbaru itu akan digunakan untuk membiayai ekspansi di Indonesia dan India sebelum mengejar target pelepasan saham perdana di Amerika atau Indonesia dalam dua tahun ke depan. “Kami ingin menjadi pemimpin global dalam lima tahun ke depan dan melakukan IPO untuk itu, paling cepat pada 2025,” jelasnya dalam wawancara.

CEO eFishery, Gibran Huzaifah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Gibran yang berusia 33 tahun dibesarkan di kawasan kumuh di timur Jakarta, adalah anak dari seorang mandor konstruksi dan ibu rumah tangga. Ibu Gibran, tidak lulus SMA, mendorongnya untuk bersekolah. Gibran menonjol secara akademis dan berhasil kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Perjuangan Gibran di kampus elit yang menghasilkan banyak nama besar itu tidak mudah. Kondisi keuangan orang tua terpuruk karena ayahnya kehilangan pekerjaan. Tanpa sokongan uang dari orang tua dan kenalan di kota rantau, Gibran harus mencari tempat berteduh sekadar supaya bisa tidur saat malam tiba. Kadangkala ia tidur di kampus, seringkali di mesjid, kata Gibran. Ia mengaku pernah tidak makan selama tiga hari.

Gibran mengambil jurusan biologi di ITB dan menghadiri kelas aquaculture. Dia tertarik dengan mata kuliah tersebut ketika profesor pengajar menjelaskan tentang budidaya ikan lele.

Dari sana ia teryakinkan bahwa aquaculture adalah masa depan pangan dan lebih penting lagi adalah tiket keluarnya dari kemiskinan. Gibran memutuskan menyewa kolam ikan untuk membudidayakan ikan lele. Tiga tahun kemudian pada 2012, dia telah mengoperasikan 76 tambak ikan lele.

Selama periode itu, dia menghadapi sendiri apa saja yang menjadi tantangan industri perikanan tersebut mulai dari laba usaha yang cenderung kecil akibat biaya pakan ternak yang tinggi ditambah harga ikan yang rendah mengikuti permintaan tengkulak. Dengan bantuan temannya yang memiliki latar belakang di bidang teknologi, dia membangun prototipe feeder otomatis memakai IoT untuk meminimalisir masalah kelebihan atau kekurangan pakan.

Pada 2013, Gibran meluncurkan eFishery. Pendekatannya ada dua arah: lakukan sesuatu yang Anda pahami dan jangan mengikuti orang banyak.

Sejak saat itu, bisnis perusahaan berkembang hingga menjadi marketplace yang mempertemukan penjual dan pembeli beli ikan serta udang.  Ia juga bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman bagi petambak.

Setelah putaran pendanaan terakhir, saham Gibran dan salah satu pendiri lain eFishery masing-masing bernilai lebih dari US$ 100 juta setara Rp1,51 triliun.

Namun, Gibran mengatakan hidupnya tidak banyak berubah. “Rasanya menyenangkan karena saya tidak perlu khawatir dengan masalah keuangan seperti yang pernah saya alami dahulu,” ujarnya.

(bbn)

No more pages