Logo Bloomberg Technoz

Pada insentif BEV, usulan insentif diberikan berdasarkan penggunaan baterai. Baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt) akan dikenakan diskon PPN 100%, dan penggunaan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) maka PPN akan dikenakan 6% setelah pemberian insentif sebesar 50%.

Sementara itu opsi kedua lebih berfokus pada pembebasan PPN sebanyak 100% untuk ICE di bawah Rp275 juta, Hybrid dan BEV di bawah Rp375 juta dan Commercial Pick up di bawah Rp275 juta. Sedangkan skema insentif pada BEV tetap menggunakan skenario seperti opsi pertama.

Jika dengan opsi pertama, Mobil-mobil Hybrid berharga di bawah Rp300 jutaan dengan TKDN diatas 40% seperti Veloz Hybrid, Suzuki XL7 Hybrid, Suzuki Ertiga Hybrid dan juga Fronx Hybrid bisa dibanderol dengan harga yang jauh lebih murah.

Veloz Hybrid misalnya dengan harga OTR [On The Road] Rp 299 juta memiliki PPnBM sekitar 3%. Maka tanpa PPnBM, harga Veloz Hybrid bisa mencapai  Rp 290 – 291 juta.

Opsi kedua membuat mobil-mobil hybrid ini lebih murah lagi. Dengan harga OTR Toyota Veloz sebesar Rp299 Juta dan dikurangi PPN sebesar 12%, maka harga mobil milik pabrikan Toyota ini bisa turun hingga Rp267 juta.

Hal sebaliknya terjadi pada BYD Atto 1 yang saat ini dibanderol di angka Rp195-Rp199 Juta untuk varian Dynamic dan Rp235 Juta untuk varian premium. Karena BYD Atto1 merupakan mobil listrik yang dirakit di luar negeri alias Completely Build Up (CBU) maka harga mobil terlaris BYD tahun inipun akan terdongkrak jauh.

Untuk varian Dynamic misalnya yang memiliki harga dasar sebesar Rp195 juta. Jika insentif tak didapat, maka mobil ini akan dikenai bea masuk sebesar kurang lebih 50% dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditambah PPN 12% dan PPnBM sehingga harganya bisa mencapai Rp367 juta.

Varian premium yang saat ini berharga Rp235 juta juga bisa terdongkrak jadi Rp420 juta dengan asumsi bahwa tak ada insentif sama sekali dan bea masuk yang tinggi.

(red/ain)

No more pages