Namun, Alphonzus mencatat bahwa pola belanja masyarakat cenderung berubah saat memasuki masa libur Natal dan Tahun Baru, di mana konsumsi akan lebih terfokus pada produk makanan dan minuman serta sektor hiburan.
"Kinerja penjualan pada akhir tahun ini diperkirakan akan tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu meski tingkat pertumbuhannya tidak akan signifikan yaitu tidak akan lebih dari 10%," jelasnya.
Target Tak Sampai 5%
Meski demikian, kondisi daya beli masyarakat, khususnya segmen menengah bawah yang belum sepenuhnya pulih, masih menjadi tantangan utama bagi industri ritel dalam memaksimalkan penjualan di penghujung 2025.
Oleh karena itu, selain strategi promosi yang agresif, dukungan berupa insentif dan stimulus dari pemerintah dinilai sangat dibutuhkan.
Alphonzus menilai berbagai kebijakan pemerintah, terutama insentif di sektor transportasi seperti diskon tiket pesawat, kereta api, hingga tarif jalan tol, dapat mendorong mobilitas masyarakat selama libur Nataru. Peningkatan pergerakan masyarakat tersebut diharapkan berdampak positif terhadap konsumsi dan belanja ritel.
Ia menegaskan pada kuartal-IV 2025 menjadi periode yang sangat penting bagi industri ritel, karena akan menentukan capaian kinerja sepanjang tahun.
"Diperkirakan kinerja industri usaha ritel secara keseluruhan pada tahun 2025 ini akan tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun 2024 lalu namun tidak akan signifikan, diprediksi pertumbuhannya akan kurang dari 5%," pungkasnya.
(ell)



























