Di sisi lain, Dian mengatakan, penyelesaian spin-off aset menjadi prioritas sebelum perseroan mempertimbangkan langkah strategis lanjutan terhadap InfraNexia.
“Sekarang ini fokus kami masih ke dalam menyelesaikan proses spin off asset wholesale fiber connectivity yang sekarang kami sedang lakukan tahap 1 dan nanti untuk tahap 2-nya di semester pertama tahun 2026,” ujar Dian.
Dian menyampaikan bahwa setelah seluruh tahapan pemisahan aset tersebut selesai, InfraNexia diharapkan dapat beroperasi sebagai pemilik aset sekaligus pengelola bisnis wholesale fiber connectivity secara efisien dan optimal.
Sebelumnya, Telkom resmi memisahkan bisnis dan aset wholesale fiber connectivity tahap pertama kepada InfraNexia.
Aksi korporasi tersebut ditandai dengan penandatanganan akta pemisahan yang berlangsung di The Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji mengatakan nilai aset yang dialihkan kepada InfraNexia pada tahap pertama sekitar Rp35 triliun.
Setelah seluruh proses spin-off rampung, total nilai aset InfraNexia diperkirakan mencapai Rp90 triliun.
Dalam rencana pemisahan ini, Telkom akan mengalihkan hampir seluruh bisnis dan aset fiber connectivity sebesar 99,99% kepada InfraNexia. Namun, pada tahap awal, pengalihan kepemilikan baru dilakukan sebesar 50%.
“Pada akhirnya kita akan memperhitungkan nilai totalnya itu kurang lebih ada di angka Rp90 triliun atau kurang lebih bisa dikatakan US$60 juta,” kata Seno dalam konferensi pers di The Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Seno menjelaskan proses spin-off ini merupakan tonggak penting yang telah dipersiapkan sejak akhir 2023, diawali dengan pendirian PT TIF.
Sebelum pemisahan resmi dilakukan, TIF telah menjalankan fungsi operasional melalui layanan managed services dan managed operation.
(rtd/naw)































