"Saya sudah lihat teknologinya cukup bagus. Mungkin akan diterapkan tinggal masalah negosiasi harganya," kata dia.
"Nanti juga, kalau jadi ya, di Cukainya itu ada kode khusus. Dia pakai handphone atau pakai alat khusus bisa ketahuan. rokok mana, dari mana, dari mana, jadi ketahuan. Dan pengawasannya akan lebih gampang."
Hashim memang sebelumnya sempat menyoroti kondisi capaian penerimaan negara yang saat ini dianggap masih belum optimal. Hal tersebut ia ungkapkan saat membandingkan penerimaan pajak yang masih sangat lemah dan tidak mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa tahun ke belakang.
"Titik lemah kita dan juga berpotensi besar untuk kita adalah penerimaan negara. Parah, sistem penerimaan negara kita parah. Pajak, Bea Cukai sangat parah sekali," ujarnya dalam sebuah diskusi di Universitas Indonesia (UI) secara daring, dikutip Senin (15/12/2025).
Hashim mengaku mengetahui fakta tersebut saat ditunjuk oleh Prabowo menjadi pimpinan tim yang ditugaskan dalam kajian potensi perekonomian Indonesia di Partai Gerindra saat itu.
Dari hasil kajian tersebut, dia menemukan salah satu titik paling rapuh Indonesia justru berada pada sistem penerimaan negara, mulai dari pajak, bea cukai, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
"Pajak, PNBP, royalti, cukai kita tetap tidak ada penambahan," kata dia. "Indonesia betul kita termasuk yang paling lemah dan paling rendah di dunia sistem perpajakan kita."
Adik kandung Prabowo Subianto ini lantas mencontohkan, rasio pajak Indonesia saat ini masih berada di kisaran 9%–12% terhadap produk domestik bruto (PDB), sekaligus menjadi salah satu rasio pajak terlemah dunia.
Angka itu tidak jauh berbeda dari capaian sekitar 10 tahun lalu yang masih berada di kisaran 12%. Dia juga membandingkan dengan Negara tetangga Kamboja yang saat itu masih 95.
Namun, 10 tahun setelahnya, Kamboja berhasil mencapai rasio penerimaan pajak sebesar 18%, lebih tinggi dari Indonesia yang justru masih stagnan. "Kamboja ini lebih miskin dari kita. Indonesia 11 tahun, 10 tahun lalu itu 12%. Sekarang, Kamboja 18%," kata dia.
"Kalau memang aparat pajak, aparat bea cukai, aparat semuanya itu bekerja dengan benar, Indonesia bukan negara dengan defisit, Indonesia negara surplus.Indonesia negara kaya. Kita bisa memberi bantuan luar negeri kepada negara-negara miskin lainnya. Indonesia super power."
(ain)
































