Hubungan AS-China semakin membeku sejak pemerintahan Presiden Donald Trump, dengan berlanjutnya perselisihan mengenai Taiwan, perdagangan, klaim-klaim yang saling bertentangan mengenai Laut Cina Selatan serta sumber-sumber ketegangan, termasuk penerbangan balon udara Tiongkok di atas AS pada awal tahun ini.
Baik Yellen maupun para pejabat tinggi Gedung Putih dalam beberapa bulan terakhir telah berusaha untuk menekankan bahwa AS tidak berusaha untuk memisahkan diri dari saingan geopolitiknya, namun lebih kepada mengurangi risiko.
Pemerintahan Biden telah berusaha untuk meningkatkan jumlah saluran komunikasi dengan China sejak Beijing memutuskan banyak hubungan ini sebagai protes atas perjalanan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan musim panas lalu.
Yellen menegaskan kembali bahwa AS mengambil, dan akan terus mengambil, tindakan-tindakan yang melindungi kepentingan keamanan nasional dari ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh RRT meskipun hal itu membawa biaya ekonomi, sementara ia mengimbau kembali kepada Beijing untuk bekerja sama dalam keprihatinan-keprihatinan global yang sama.
"Kami memiliki kewajiban kepada dunia secara keseluruhan, dua ekonomi terbesar untuk bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang bersifat global, seperti hutang yang besar yang menghambat banyak negara setelah pandemi atau pandemi perubahan iklim, dan isu-isu lainnya."
Kepala Departemen Keuangan juga berbicara tentang ekonomi AS, mengulangi pandangannya bahwa ada jalan bagi inflasi untuk turun dalam konteks pasar tenaga kerja yang kuat.
"Kami berada di jalur itu. Namun hal ini akan membutuhkan waktu," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi pasar real estat komersial adalah "masalah yang akan muncul" dalam beberapa tahun ke depan, dan menambahkan bahwa meskipun beberapa bank mungkin akan terpapar, "ini tidak akan menjadi masalah sistemik."
(bbn)