Logo Bloomberg Technoz

Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, insiden akhir pekan lalu terjadi di perairan lepas pantai tenggara Okinawa, di mana jet tempur J-15 yang diluncurkan dari kapal induk China Liaoning secara berkala mengunci radar pada jet tempur F-15 Jepang yang sedang memantau aktivitas jet-jet China.

Berbeda dengan sistem radar yang digunakan pesawat dan kapal militer untuk memantau potensi ancaman di wilayah luas, radar pengendali tembakan digunakan untuk melacak objek tertentu dan mengunci sistem senjata di atasnya.

Mengaktifkan radar pengendali tembakan dianggap sebagai tindakan permusuhan karena merupakan langkah yang diambil sebelum meluncurkan senjata terhadap target.

Kemlu China mengeluarkan pernyataan pada Minggu, membantah klaim tersebut dan menuduh Tokyo mencoba menimbulkan perselisihan. Mereka mengklaim pesawat-pesawat tempur Jepang di wilayah tersebut mengancam keselamatan penerbangan.

"Pihak Jepang, dengan membesar-besarkan isu yang disebut 'penerangan radar', sengaja membuat tuduhan palsu terhadap China untuk meningkatkan ketegangan dan menyesatkan masyarakat internasional," bunyi pernyataan tersebut.

PM Jepang, Sanae Takaichi, usai konferensi pers di kantor perdana menteri di Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Tokyo dan Beijing bersitegang setelah bulan lalu Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa jika China berusaha mengambil alih Taiwan, hal itu bisa dianggap sebagai "situasi yang mengancam kelangsungan hidup" Jepang—klasifikasi yang akan memberi Tokyo dasar hukum untuk mengerahkan militernya bersama negara lain jika mereka memilih untuk merespons.

Sejak itu, Beijing membalas dengan serangkaian balasan ekonomi dan diplomatik, termasuk peringatan kepada warganya agar menghindari perjalanan ke Jepang dan surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuduh Jepang melanggar Piagam PBB.

Balasan tersebut tampaknya ditujukan pada ekonomi dan posisi diplomatik Tokyo, tetapi insiden radar terbaru menunjukkan perselisihan melebar hingga bidang pertahanan.

Beijing telah meminta Takaichi menarik pernyataannya tentang Taiwan. Takaichi menolak melakukannya, juga menegaskan bahwa posisi Jepang yang telah lama berlaku mengenai Taiwan tidak berubah.

Selagi perselisihan memanas, Tokyo mendesak Beijing agar menahan diri dan berdialog. Pekan lalu, koalisi anggota parlemen Jepang yang mempromosikan persahabatan dengan China bertemu dengan Duta Besar China Wu Jianghao di Tokyo, menandakan upaya untuk meredakan ketegangan. 

Aksi akhir pekan tersebut dikecam oleh mantan Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada.

"Ini [terjadi] terus-menerus dan sangat berbahaya," ujar Inada, anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal (LDP) pada Senin. 

"Jepang harus menjelaskan kepada komunitas internasional secara luas betapa berbahayanya tindakan ini dan apa saja masalahnya, mengingat aksi ini sangat bermasalah dan dapat memicu ancaman penggunaan kekuatan."

Wakil Menlu Jepang Takehiro Funakoshi memanggil Wu ke Kemlu Jepang. Dia "menyampaikan protes keras bahwa tindakan berbahaya semacam itu sangat disesalkan dan mendesak Pemerintah China untuk memastikan tindakan serupa tidak terulang," bunyi pernyataan Kemlu Jepang.

Melalui unggahan di X, Wu mengatakan bahwa ia mengeluh pada Funakoshi tentang pesawat militer Jepang yang "mengganggu" latihan angkatan laut China. 

Tidak jelas apakah penguncian radar tersebut diperintahkan oleh pejabat militer China sebagai langkah taktis terkait sengketa diplomatik saat ini. Namun, tampaknya ada presedennya.

Dalam perselisihan sebelumnya antara China dan Jepang mengenai kedaulatan pulau-pulau tak berpenghuni di Laut China Timur, kapal China mengunci radar pengendali tembakannya pada kapal perusak Jepang pada Januari 2013 lalu.

Pergerakan Angkatan Laut China selama 6-7 Desember 2025. (Bloomberg)

Jepang melaporkan telah mengamati sekitar 100 lepas landas dan pendaratan pesawat tempur dan helikopter dari kapal induk China yang sama di dekat pulau-pulau selatan Jepang selama akhir pekan lalu.

Dalam siaran pers Minggu (7/12/2025) malam, Kantor Staf Gabungan Jepang mengatakan kapal induk China Liaoning dan empat kapal perang lainnya berlayar di perairan internasional antara Pulau Miyako dan Okinawa di Jepang pada Sabtu sebelum berbelok ke arah timur laut dan berlayar sejajar dengan pulau-pulau Ryukyu.

Jepang memantau aktivitas tersebut dari kapal perusak dan pesawat tempur, kata Kantor Staf Gabungan, menambahkan bahwa sekitar 50 lepas landas dan pendaratan setiap hari dari Liaoning diamati pada Sabtu dan Minggu.

Peluncuran pesawat merupakan latihan inti untuk meningkatkan kemampuan kapal induk dalam mendaratkan pesawat tempur dan pesawat lainnya dengan cepat. Kapal induk AS biasanya mampu meluncurkan beberapa pesawat dalam beberapa menit, dan dapat melakukan puluhan peluncuran selama sehari latihan.

Aktivitas kapal induk China di sekitar Jepang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk penampakan pertama dua kapal induk yang beroperasi secara bersamaan di dekat pulau-pulau Jepang pada Juni.

Dalam perselisihan diplomatik atas pulau-pulau sengketa di Laut China Timur yang dimulai tahun 2012, Beijing juga membatasi akses Tokyo terhadap logam tanah jarang.

Langkah China untuk memperlambat atau membatasi akses Jepang ke logam tanah jarang kali ini akan menandai eskalasi penting dari aksi balasan terhadap Tokyo. Mineral kritis ini merupakan bahan utama untuk berbagai produk, termasuk mobil dan baterai. Beijing juga menggunakan logam tanah jarang untuk memperoleh pengaruh terhadap AS selama negosiasi perdagangan tahun ini.

Dalam pertanyaannya pada Senin, Kihara menegaskan bahwa Jepang sudah menghadapi langkah-langkah pengendalian ekspor terkait logam tanah jarang sejak sebelum perselisihan tersebut meletus.

Langkah-langkah tersebut "berdampak serius pada rantai pasokan global," ujarnya. "Kami akan terus memantau situasi dengan cermat sambil mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam kerja sama dengan negara-negara terkait."

(bbn)

No more pages