"Perusahaan benar-benar menunda lowongan kerja bukan karena suku bunga tinggi, tetapi sebagian besar karena ketidakpastian dampak tarif dan perubahan kebijakan ekonomi lainnya," jelas Kathy Bostjancic, Kepala Ekonom Nationwide Mutual Insurance Co.
"Jadi, jika ketidakpastian itu terus berlanjut ke tingkat yang sangat tinggi, hal itu dapat memperpanjang jeda dan dampaknya terhadap perekonomian lebih lama."
Saat The Fed menyesuaikan suku bunga acuan, pasar keuangan bereaksi sesuai dengan itu. Namun, seringkali langkah bank sentral tersirat jauh-jauh hari, sehingga ekspektasi investor biasanya sudah tercermin dalam harga saham dan obligasi sebelum pejabat bertindak.
Hal ini berdampak lebih langsung pada pinjaman baru untuk hal-hal seperti mobil dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sementara utang konsumen dan bisnis yang sudah ada—yang biasanya dengan suku bunga tetap—membutuhkan waktu lebih lama untuk merespons.
Suku bunga pinjaman mobil, KPR, pinjaman mahasiswa, dan kartu kredit termasuk yang pertama melonjak saat The Fed mulai mengerek suku bunga pada 2022. Namun, suku bunga tersebut tidak turun sebanyak saat suku bunga dipotong.
Hal ini memperparah krisis keterjangkauan untuk membeli mobil atau rumah karena harga-harga tersebut di luar jangkauan banyak warga Amerika.
Asosiasi Agen Properti Nasional menyebut suku bunga kontrak KPR tetap 30 tahun mencapai level terendah dalam setahun pada Oktober, sehingga mendorong penjualan rumah dan indeks penandatanganan kontrak. Dan karena inventaris yang tersedia di pasar semakin banyak, harga rumah tidak tumbuh secepat sebelumnya.
Namun, kata Michael Fratantoni, Kepala Ekonom Mortgage Bankers Association (MBA), banyak calon pembeli rumah masih ragu untuk membeli karena ketidakpastian masih menyelimuti perekonomian. Warga AS merasa cemas akan prospek pekerjaan dan keuangan pribadi mereka, terutama karena tarif impor membuat harga barang-barang tertentu tetap tinggi.
"Kondisi sentimen konsumen secara keseluruhan sangat penting bagi pasar pembelian rumah," ujar Fratantoni. "Jadi sekarang, meski suku bunga relatif rendah dan lebih banyak rumah tersedia untuk dibeli, Anda hanya perlu berhati-hati."
Meski kebijakan The Fed merupakan salah satu faktor yang memengaruhi obligasi pemerintah, faktor lain seperti ekspektasi inflasi dan defisit anggaran federal juga berperan. Itulah sebagian alasan mengapa imbal hasil Treasury—dan oleh karena itu biaya pinjaman lainnya—masih cukup tinggi. Proyeksi MBA sendiri tidak melihat suku bunga KPR akan banyak berubah dalam dua tahun ke depan.
Tugas Berat
Para pejabat The Fed berusaha menyeimbangkan dua target mereka, yang saat ini sedang bersitegang. Mendukung pasar tenaga kerja membutuhkan suku bunga lebih rendah, sedangkan mengendalikan inflasi akan membuat suku bunga tetap tinggi.
Meski sebagian besar investor bertaruh pada pemotongan suku bunga lagi pekan ini, para pembuat kebijakan terpecah belah. Perbedaan pendapat mereka akan semakin dalam karena Trump akan mengumumkan pengganti Gubernur Jerome Powell, yang masa jabatannya berakhir pada Mei.
The Fed memotong suku bunga sebesar 1,5 poin persentase dari puncaknya tahun lalu, yang sejauh ini lebih banyak menguntungkan warga AS yang kaya daripada mereka yang berpenghasilan rendah.
Rumah tangga kaya diuntungkan oleh lonjakan besar-besaran pasar saham selama periode tersebut, sehingga meningkatkan tabungan pensiun dan kecenderungan mereka untuk berbelanja. Di sisi lain, semakin banyak konsumen berpenghasilan rendah dan menengah menunggak pembayaran utang mobil dan pinjaman mahasiswa.
Dari posisinya di Wisconsin, Christopher Drees menyambut baik penurunan suku bunga. Perusahaan yang dipimpinnya, Menasha Corporation, menyediakan solusi pengemasan bagi berbagai pelanggan, mulai dari perusahaan barang konsumsi dan industri kemasan besar hingga produsen mobil besar.
Meski Drees optimistis pemotongan suku bunga akan menguntungkan sebagian pelanggannya dengan membuat kredit mobil dan pinjaman lainnya lebih terjangkau, masalah ketidakpastian tarif tetap ada—terutama karena gugatan utama di Mahkamah Agung bisa membatalkan puluhan tarif tersebut.
"Ini bukan soal 'apakah kita punya tarif atau tidak?'" kata Drees. "Hanya saja kejelasan tentang tarif dan tarif secara keseluruhan akan menciptakan sedikit lebih banyak kepercayaan bagi pelanggan kami agar bersedia berinvestasi lebih banyak dalam bisnis mereka."
Secara umum, produsen AS mengalami kemerosotan sepanjang tahun ini. Menurut Institute for Supply Management (ISM), aktivitas pabrik menyusut selama sembilan bulan berturut-turut. Belanja modal sebagian besar tertahan, meski biaya pinjaman lebih murah dan ketentuan pajak menguntungkan bisnis.
"Pebisnis, tentu saja, tertarik pada biaya modal yang lebih rendah," ucap Susan Spence, Ketua Survei Manufaktur ISM. Namun, karena tarif, "ada hal lain yang mengaburkan semuanya."
Responden survei ISM pada September mengatakannya dengan lebih lugas: suku bunga yang lebih rendah "tidak akan memengaruhi bisnis kami."
"Semua proyek modal ditunda hingga ada kepastian dan pelanggan mulai memesan peralatan baru lagi," tukas responden tersebut.
(bbn)






























