Logo Bloomberg Technoz

Menurut Kementerian Keuangan Prancis, defisit perdagangan barang Prancis dengan China mencapai sekitar €47 miliar (US$54,7 miliar) tahun lalu.

Sementara itu, berdasarkan data yang dirilis China awal tahun ini, surplus perdagangan barang China dengan Uni Eropa melonjak hingga hampir US$143 miliar pada paruh pertama 2025—rekor untuk periode enam bulan mana pun.

Ketegangan antara Prancis dan China meningkat tahun lalu setelah Paris mendukung keputusan Uni Eropa yang memberlakukan tarif pada kendaraan listrik China.

Beijing membalas dengan mewajibkan persyaratan harga minimum pada cognac Prancis, sehingga memicu kekhawatiran di kalangan produsen daging babi dan susu bahwa mereka akan menjadi sasaran berikutnya.

'Hidup atau Mati'

Macron mengatakan pendekatan AS terhadap China "tidak tepat" dan telah memperburuk posisi Eropa karena barang-barang China dialihkan ke pasar Uni Eropa.

"Saat ini, kita terjebak di antara keduanya, dan ini masalah hidup atau mati bagi industri Eropa," ungkap Macron, seraya menekankan bahwa Jerman—ekonomi terbesar di Eropa—tidak sepenuhnya sependapat dengan Prancis.

Selain Eropa perlu lebih kompetitif, Bank Sentral Eropa (ECB) juga berperan dalam memperkuat pasar tunggal Uni Eropa, kata Macron, dengan alasan bahwa kebijakan moneter harus mempertimbangkan pertumbuhan dan lapangan kerja, bukan hanya inflasi.

Dia juga mengatakan keputusan ECB untuk terus menjual obligasi pemerintah yang dimilikinya berisiko mengerek suku bunga jangka panjang dan membebani aktivitas ekonomi.

"Eropa harus—dan ingin—tetap menjadi zona stabilitas moneter dan investasi yang kredibel," tukas Macron.

(bbn)

No more pages