Saat itu, kedua kepala negara turut menjajaki perjanjian perdagangan preferensial atau perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau comprehensive economic partnership agreement.
Pertimbangan kemitraan ekonomi itu berangkat dari posisi tawar Indonesia yang memiliki produk kompetitif seperti mineral dan teknologi. Sementara itu, Afrika Selatan memiliki kedelai dan sapi.
Dari sisi pertahanan, kedua negara sepakat untuk mengakselerasi penerapan perjanjian kerja sama di bidang pertahanan yang sudah ditandatangani sejak 2023.
"Dengan kebijakan bebas visa, mobilitas pelaku usaha, investor, dan masyarakat akan semakin mudah, dan ini akan membuka peluang baru yang lebih besar bagi kedua negara," kata Gibran.
Adapun dalam forum tersebut, Gibran juga menyaksikan peluncuran Indonesia–South Africa High-Level Business Council (ISA-HLBC) sebagai wadah baru yang mempertemukan pemerintah dan pelaku usaha guna mempercepat implementasi proyek-proyek prioritas.
Inisiatif ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat diplomasi ekonomi dengan negara-negara Global South, terutama di sektor energi, pertahanan, infrastruktur, dan rantai pasok industri.
Pada kesempatan yang sama, Director General Department of Trade, Industry and Competition Afrika Selatan, Simphiwe Hamilton menegaskan forum ini merupakan pilar penting dalam pembentukan kemitraan jangka panjang.
"Forum ini bukan hanya pertemuan bisnis, tetapi sinyal kuat bahwa kolaborasi Indonesia dan Afrika Selatan bergerak menuju kemitraan strategis yang mampu menciptakan nilai ekonomi dan pembangunan bagi kedua wilayah," ujar Hamilton.
(naw)

































