Meski begitu, Amailian bilang bahwa hal ini bisa menjadi peluang baik terutama untuk bisnis peternakan pada umumnya untuk bisa memenuhi kebutuhan telur ayam yang terus mencatatkan peningkatan.
“Selain itu adalah ada faktor juga distribusi dari telur ayam ras. Dan tentunya kalau kita lihat perlu juga diimbangi dengan ketersediaan stok di pasaran karena memang meningkatnya permintaan telur ayam ras.” katanya menambahkan.
Beberapa faktor lain yang mendorong kenaikan harga telur ayam seperti adanya kenaikan di tingkat distributor dan juga kenaikan harga pakan ternak yang menyumbang andil pada kenaikan harga di tingkat produsen.
BPS juga melaporkan adanya korelasi antara lokasi sebaran kabupaten/ kota menurut Indeks Perubahan Harga (IPH) telur ayam ras dan juga jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hasilnya, semakin banyak jumlah SPPG, maka kenaikan harga telur ayam juga semakin besar.
Kabupaten Sambas misalnya yang mencatatkan kenaikan harga telur ayam ras sebesar 8,32% memiliki jumlah SPPG mencapai 26 unit. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Jombang dengan harga telur yang mencatatkan kenaikan hingga 6,38% memiliki jumlah SPPG sebesar 66 unit.
“Dan ini nanti bisa dimanfaatkan lebih lanjut hasil pemetaan kami untuk Ibu Waka dan juga Pak Wamendagri untuk melakukan langkah-langkah antisipasi berikutnya. Dan juga bisa menggerakkan daerah untuk meningkatkan supply dari telur ayam ras dengan mendorong peternak telur lokal.” kata Amalia.
(ell)

































