Logo Bloomberg Technoz

Dia menyebut, dari total porsi pembangkit EBT sebesar 14,4%, terbagi kembali menjadi sejumlah jenis pembangkit. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mendominasi pembangkit EBT dengan porsi 7,1% atau setara 7,57 GW.

Selanjutnya, pembangkit listrik tenaga biomassa tercatat memiliki porsi 3% atau setara 3,17 GW. Lalu, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) memiliki porsi sebesar 2,6% atau sebesar 2,74 GW.

Kemudian, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menyumbang sekitar 1,3% dari total pembangkit dengan kapasitas terpasang sebesar 1,37 GW. Selanjutnya, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) tercatat sekitar 0,1% atau baru sebesar 0,15 GW.

Tri juga menyampaikan bahwa pembangkit listrik tenaga gas batu bara (PLTGB) masuk ke dalam pembangkit EBT, dengan porsi sebesar 0,4% atau memiliki kapasitas terpasang sebesar 0,45 GW.

“Sistem tenaga listrik kita tidak bisa serta merta meninggalkan PLTU, tetapi perannya untuk menjaga keandalan ini cukup signifikan sehingga masih memerlukan sekali PLTU ini,” ucap Tri

“Kita tidak bisa menutup juga bahwa tuntutan dekarbonisasi ini makin menguat, baik dari sisi kebijakan nasional maupun dinamika ekonomi global,” lanjut dia.

Sekadar catatan, ESDM kembali menurunkan target EBT dalam bauran energi primer nasional pada 2025, dari 23% menjadi 15,9%.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi tak menampik mencapai target awal bauran EBT sebesar 23% akan sulit direalisasikan pada tahun ini. Terlebih, pada 2024 saja, capaian EBT dalam bauran energi nasional hanya 14,68% dari seharusnya 19,5%.

Alih-alih, target EBT sebesar 23% dalam bauran energi primer diproyeksikan baru bisa tercapai pada 2030. Sementara itu, hingga 2045 atau saat periode Indonesia Emas, target bauran EBT ditargetkan sebesar 46%.

Sebagai informasi, Kementerian ESDM resmi mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Periode 2025—2034.

Dalam RUPTL tersebut, pemerintah menetapkan target bahwa 76% dari total tambahan kapasitas pada periode 2025—2034 berasal dari EBT dan storage atau sistem penyimpanan energi.

Total penambahan kapasitas pembangkit listrik dalam RUPTL PLN selama periode tersebut diproyeksikan mencapai 69,5 GW, yang terdiri atas pembangkit EBT sebesar 42,6 GW (61%).

Kemudian, storage termasuk Battery Energy Storage System (BESS) dan PLTA Pumped Storage sebesar 10,3 GW (15%), serta pembangkit fosil sebesar 16,6 GW.

Adapun, rencana pengembangan pembangkit EBT tersebar di lima wilayah besar Indonesia. Jawa—Madura—Bali (JMB) akan menjadi kontributor utama dengan total kapasitas pembangkit sebesar 19.6 GW dan storage 8 GW.

Sumatra menyusul dengan total kapasitas pembangkit 9,5 GW dan storage 1,6 GW, sementara Kalimantan total kapasitas pembangkit 3,5 GW dan storage 0,7 GW.

(azr/wdh)

No more pages