Minat dan adopsi yang tinggi ini sejalan dengan meningkatnya investasi infrastruktur di kawasan. Kapasitas pusat data di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh sebesar 180%—jauh lebih cepat dibandingkan proyeksi pertumbuhan 120% untuk wilayah Asia Pasifik lainnya, didorong oleh rencana kapasitas baru lebih dari 4.600 MW.
AI kini menjadi titik terang bagi investor di Asia Tenggara. Dalam dua belas bulan terakhir, lebih dari US$2,3 miliar (sekitar Rp38,46 triliun) telah diinvestasikan di lebih dari 680 startup AI di kawasan ini, mencakup lebih dari 30% nilai pendanaan swasta pada paruh pertama tahun 2025.
Momentum ini semakin diperkuat oleh perusahaan global besar yang memilih Asia Tenggara sebagai pusat baru untuk investasi cloud dan pusat data. "Masa depan di sini akan ditentukan oleh kecepatan seiring kawasan ini memanfaatkan kemampuannya yang telah terbukti untuk meraih keuntungan dari era baru ini, bukan dalam hitungan tahun, melainkan dalam hitungan bulan," ujar Sapna Chadha, VP Google untuk Asia Tenggara.
Florian Hoppe, Partner Bain & Company, menambahkan bahwa peluang sesungguhnya saat ini terletak pada bagaimana bisnis memanfaatkan AI sebagai katalisator dampak sekaligus menyeimbangkan realitas struktural kawasan ini. "Seiring konsolidasi pasar dan pemulihan kepercayaan investor, gelombang pertumbuhan berikutnya akan lebih terfokus, efisien, dan berbasis inovasi," kata Hoppe.
Komitmen ini turut didukung oleh investor besar. Fock Wai Hoong, Kepala Temasek untuk Asia Tenggara, menegaskan bahwa Temasek tetap berkomitmen penuh pada ekonomi digital di kawasan ini, menyalurkan modal ke bisnis yang berada dalam tahap pertumbuhan.
Masih dari laporan yang sama, era AI, jadi momentum kembali mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN dengan Singapura menjadi motor. Negara tetangga Indonesia ini tercatat telah mengamankan US$1,31 miliar private fund untuk AI. Secara AUM kekayaan digital Singapura juga diprediksi masih tumbuh ke US$44 miliar tahun ini dengan outstanding pinjaman digital menyentuh US$30 miliar.
Kepemimpinan Singapura didorong oleh dua hal, kata Sapna Chadha, yaitu terus mendorong inovasi digital dan membangun kerangka kerja bidang tata kelola AI. “Sebagai pusat global, pendekatan inovatifnya terhadap AI yang bertanggung jawab dan ekosistemnya yang stabil dan matang menetapkan standar penting bagi negara-negara ASEAN lainnya. Hal ini memastikan bahwa gelombang pertumbuhan digital berikutnya tidak hanya cepat dan luas jangkauannya, tetapi juga aman, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua.”
(fik/wep)






























