Pick mengatakan pasar sudah berkembang pesat, tetapi masih ada "risiko kesalahan kebijakan" di AS dan ketidakpastian geopolitik.
"Ya, pasar tampaknya mahal... tetapi kenyataannya risiko sistematis mungkin telah berkurang," ujarnya. Pada 2026, fokus akan lebih pada kinerja perusahaan, dan ada dispersi lebih besar, di mana perusahaan yang kuat akan unggul, sedangkan yang lemah akan tertinggal.
Selain itu, pasar penerbitan obligasi baru aktif di seluruh dunia "dan investor ingin mengambil risiko."
"Kita juga harus menyambut kemungkinan adanya penurunan 10 hingga 15% yang tidak dipicu oleh efek krisis makro," ucap Pick, menyebutnya sebagai "perkembangan yang sehat."
Indeks S&P 500 diperdagangkan dengan kelipatan 23 kali dari estimasi pendapatan berjangka, di atas rata-rata lima tahun sebesar 20 kali.
Demikian pula, Indeks Nasdaq 100 diperdagangkan mencapai rasio 28 kali, dibandingkan dengan hampir 19 kali pada 2022. Kontrak berjangka pada indeks yang didominasi saham teknologi ini turun hingga 1,4% pada Selasa. Saham perusahaan AI Palantir Technologies Inc turun lebih dari 4% dalam perdagangan usai jam kerja akibat kekhawatiran akan valuasi tinggi perusahaan setelah kenaikan memecahkan rekor.
Kekhawatiran akan valuasi tinggi semakin meningkat setelah saham global berulang kali menembus rekor tertinggi baru tahun ini, meski ekonomi AS melambat dan pemerintah mengalami shutdown.
Pasar paling irasional di puncak pasar bullish dan di dasar pasar bearish, kata CEO Citadel, Ken Griffin, menambahkan bahwa saat ini "kita sudah dalam pasar bullish yang sangat dalam."
Solomon mengatakan "kelipatan teknologi sudah penuh," tetapi hal itu tidak berlaku bagi seluruh pasar. Dia mengatakan saran Goldman kepada kliennya adalah tetap berinvestasi, memeriksa alokasi portofolio mereka, dan mencoba menebak waktu pasar.
Dia menambahkan bahwa penurunan pasar saham sebesar 10% hingga 15% juga sering terjadi selama siklus positif tanpa mengubah arah umum arus modal atau alokasi jangka panjang.
"Itu artinya, pasar bergerak dan kemudian menarik diri agar orang-orang dapat mengevaluasi kembali," ungkap Solomon.
(bbn)




























