“Kami terus mencatat kemajuan dalam memangkas biaya, memperkuat neraca keuangan, serta meningkatkan arus kas dan imbal hasil,” ujar Auchincloss dalam pernyataan kinerja BP.
“Kami berupaya mempercepat pelaksanaan rencana ini, termasuk melakukan tinjauan menyeluruh atas portofolio kami.”
BP menargetkan divestasi aset senilai US$20 miliar hingga akhir 2027 guna memperbaiki struktur keuangan, termasuk potensi transaksi atas bisnis pelumas Castrol, kata Auchincloss dalam wawancara dengan Bloomberg TV.
Perusahaan juga menaikkan target hasil penjualan aset untuk 2025, dengan proyeksi melebihi US$4 miliar.
Program pembelian kembali saham per kuartal dipertahankan sebesar US$750 juta, sesuai pengumuman awal tahun ini yang menjadi bagian dari strategi restrukturisasi.
Rasio utang terhadap ekuitas atau gearing naik menjadi 25,1% dari 24,6% pada kuartal sebelumnya level yang oleh analis dinilai masih relatif tinggi dibanding pesaing.
Meski kembali menitikberatkan pada energi fosil, produksi hulu tahunan BP diperkirakan sedikit lebih rendah dibanding tahun lalu.
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Auchincloss menyoroti peningkatan ketersediaan operasi aset, area yang sempat menjadi tantangan bagi BP sepanjang 2024.
BP menjadi perusahaan terakhir dari kelompok supermajors yang merilis kinerja kuartal III. Sebelumnya, Exxon Mobil Corp., Chevron Corp., dan Shell Plc juga melaporkan laba di atas perkiraan, sementara TotalEnergies SE mencatat hasil sesuai ekspektasi.
Saham BP dan Shell, keduanya berbasis di London, mencatat kinerja lebih baik dibanding pesaing global, dengan BP memimpin sejak pertengahan tahun.
Untuk menjaga profitabilitas, perusahaan minyak besar dunia memangkas tenaga kerja dan biaya, sekaligus mendorong peningkatan produksi.
Namun prospek 2026 diperkirakan lebih menantang, karena pasar minyak berpotensi kelebihan pasokan setelah aliansi OPEC+ meningkatkan produksi demi merebut kembali pangsa pasar.
Harga minyak Brent telah turun sekitar 13% sepanjang tahun ini, menuju penurunan tahunan ketiga berturut-turut dan menjadi pelemahan terbesar sejak 2020, ketika pandemi menyebabkan anjloknya pasar energi global.
Sementara itu, Saudi Aramco melaporkan kenaikan laba kuartal III yang mengejutkan, didorong peningkatan produksi yang membantu produsen minyak terbesar dunia itu mematahkan tren penurunan laba beberapa tahun terakhir.
(bbn)































