Logo Bloomberg Technoz

Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi Dunia dan Ancaman Resesi

Ruisa Khoiriyah
31 January 2023 17:08

Traktor memindahkan hasil panen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Traktor memindahkan hasil panen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Wabah Covid-19 mungkin sebentar lagi akan ditutup menjadi masa lalu. Walau status pandemi masih belum dicabut oleh World Health Organization (WHO), akan tetapi di banyak negara, gejolak infeksi akibat wabah ini sudah lebih jinak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Namun, kendati pandemi sudah semakin jinak, kecuali mungkin di China yang masih berjibaku dengan tingkat imunitas masyarakat yang rendah, dunia masih merasakan efek dari wabah terburuk dalam 100 tahun itu ditambah krisis geopolitik yang mengganggu rantai pasokan global, memicu krisis energi dan memperburuk lonjakan inflasi di seluruh dunia. Semua itu membuat pemulihan perekonomian dunia masih akan menemui jalan terjal yang panjang di depan sementara ancaman resesi domestik boleh dibilang masih jauh.

International Monetary Fund (IMF) memilih sedikit optimistis dengan mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini sebanyak 0,2% menjadi 2,9%. Angka itu lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 3,4%. Namun, perlambatan yang terjadi pada tahun ini diprediksi tidak akan berlanjut dengan pertumbuhan pada 2024 yang diproyeksikan sebesar 3,1%. Toh, angka itu masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi global selama hampir 20 tahun terakhir yang rata-rata mencapai 3,5%. 

Ekonomi diproyeksi melemah di beberapa negara. (Sumber: Bloomberg)

Proyeksi IMF termuat dalam laporan terbaru World Economic Outlook yang dirilis Selasa (31/1/2023), terbilang jauh lebih optimistis dibandingkan proyeksi dari World Bank yang rilis 10 Januari lalu. Bank Dunia memangkas pertumbuhan ekonomi 2023 menjadi hanya 1,7%, turun dari perkiraan awal enam bulan sebelumnya  sebesar 3%. Lalu, berlanjut tumbuh 2,7% pada 2024. 

Menurut Sunarsip, Principal and Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence, proyeksi terbaru IMF itu lebih realistis dibandingkan World Bank. Pasalnya, proyeksi IMF sudah memasukkan faktor-faktor perubahan yang telah berlangsung sejak November 2022. Misalnya, kebijakan pembukaan lagi wilayah China seiring pencabutan kebijakan Nol-Covid yang diperkirakan akan membawa pertumbuhan ekonomi China ke level 5,2% tahun ini.