Faisal juga memperkirakan sejumlah komoditas harga yang diatur pemerintah (administered prices) diperkirakan mengalami deflasi secara bulanan, yang juga disebabkan oleh kebijakan diskont tarif tiket pesawat sebesar 12-14% untuk dongkrak perjalan selama libur Nataru.
Sementara itu, inflasi IHK secara tahunan (yoy) diproyeksikan sebesar 2,52%, mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya atau September yang masih sebesar 2,65% yoy.
"Inflasi inti juga diperkirakan sedikit melemah menjadi 2,15% (yoy), dari 2,19% (yoy) pada bulan sebelumnya," tutur dia.
Di sisi lain, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg per Jumat (31/10/2025) kemarin menghasilkan median proyeksi inflasi Oktober sebesar 0,05% secara bulanan. Secara tahunan sebesar 2.59% yoy. Jika terwujud, maka lebih rendah ketimbang September yakni 2,65%.
Laju inflasi inti pun sepertinya sedikit melambat. Median proyeksi Bloomberg ada di 2,16% yoy untuk inflasi inti pada Oktober. Sedikit lebih rendah dari posisi September yaitu 2,19% yoy.
“Kami memperkirakan inflasi pada Oktober sebesar 2,64% yoy. Sedikit lebih rendah dibandingkan September yang sebesar 2,65% yoy,” sebut Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics.
Menurut Henderson, permintaan yang masih lemah juga menyumbang perlambatan laju inflasi. Kini, inflasi sepertinya akan berada di batas tengah-bawah target BI yang sebesar 1,5-3,35%.
“Inflasi semestinya akan sesuai target. Ini membuka ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter,” lanjut Henderson.
Sepanjang 2025, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin (bps). BI menjadi bank sentral paling agresif di Asia Tenggara.
(lav)































