Logo Bloomberg Technoz

“Proporsi bisnis waste management semakin dominan. Ini menunjukkan arah transformasi bisnis strategis kami berjalan di jalur yang tepat,” ujar Mirza.

Dari sisi neraca, Mirza menjelaskan bahwa Toba kini memiliki posisi kas yang kuat mencapai US$103–104 juta, termasuk restricted cash.

Kenaikan kas tersebut merupakan hasil dari divestasi PLTU serta penerbitan instrumen pendanaan baru berupa Sukuk Wakalah dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2025.

Struktur permodalan Toba juga dinilai tetap sehat. Meski terdapat kenaikan liabilitas karena penerbitan instrumen tersebut, Pefindo mempertahankan peringkat kredit Toba di Single A.

“Secara konsolidasi posisi utang masih cukup terjaga, dengan sedikit kenaikan dari sisi net debt to EBITDA. Komposisi pinjaman juga relatif stabil, sehingga masih memberikan ruang bagi perseroan untuk tumbuh,” tambah Mirza.

Pilar Waste to Energy Jadi Fondasi Pertumbuhan

Pencapaian positif segmen waste management juga terlihat melalui kinerja CORA Environment, entitas hasil rebranding dari Sembcorp Environment di Singapura. CORA kini menjadi motor penggerak ekspansi bisnis waste-to-energy regional dengan dukungan lebih dari 700 karyawan dan 300 armada operasional.

CORA menjalankan layanan pengumpulan, daur ulang, insinerasi, serta pemulihan sumber daya berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi dan kepatuhan lingkungan.

Dalam lima tahun ke depan, CORA menyiapkan investasi lebih dari S$200 juta untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah, termasuk pembangunan infrastruktur daur ulang yang ditargetkan rampung pada 2026.

Bisnis pengelolaan limbah Toba yang dimulai sejak 2018 kini telah berkembang pesat, termasuk ekspansi ke Singapura. Ke depan, perusahaan menargetkan perluasan pasar ke Thailand, Vietnam, dan Malaysia, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur waste-to-energy dan recycling.

Pilar Hijau Lain Terus Tumbuh

Selain waste management, pilar hijau lain Toba juga menunjukkan kemajuan. Melalui Electrum, ekosistem kendaraan listrik terus berkembang dengan lebih dari 6.400 motor listrik yang telah beroperasi hingga September 2025, didukung 360 stasiun penukaran baterai (BSS).

Frekuensi penukaran baterai kini mencapai lebih dari 850 ribu kali per bulan, membantu menekan emisi karbon lebih dari 25 ton CO₂ per hari.

Pada segmen energi terbarukan, PLTMH Sumber Jaya (6 MW) telah beroperasi sejak awal tahun dan memberikan kontribusi stabil terhadap bauran energi bersih perseroan.

Sementara proyek PLTS Terapung Tembesi di Batam yang dikerjakan bersama PLN Nusantara Power telah mencatat kemajuan konstruksi signifikan dan dijadwalkan beroperasi komersial pada pertengahan 2026.

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, sebelumnya menyampaikan bahwa tahun 2025 menjadi momentum penting bagi perusahaan dalam memperkuat fondasi bisnis hijau.

(dhf)

No more pages