Logo Bloomberg Technoz

“Kalau overall kesepakatan deal maka kargo akan dikirim dan diterima di Indonesia, terkait dengan aspek dan proses yang dilalui masih berjalan,” kata Roberth ketika dihubungi, Kamis (23/10/2025).

Nozel pompa bahan bakar di sebuah SPBU. Fotografer: David Paul Morris/Bloomberg

Roberth juga tidak menegaskan jumlah badan usaha (BU) hilir migas yang masih melanjutkan negosiasi pembelian BBM dasaran dari Pertamina, dia hanya menyatakan Pertamina menawarkan pembelian BBM dasaran ke seluruh operator SPBU swasta.

“Penawaran masih sama, ke seluruh SPBU swasta yang memerlukan,” ungkap dia.

Sementara itu, dia memastikan belum terdapat operator SPBU swasta yang telah meneken kontrak jual-beli pembelian base fuel dari Pertamina. Akan tetapi, memang sudah terdapat sejumlah operator SPBU swasta yang menyatakan minat ingin membeli BBM dasaran dari Pertamina.

“Sekarang masih pembahasan ya. Kalau sepakat ngambil dari Pertamina, iya,” tegas dia.

Adapun, penyelesaian polemik kelangkaan BBM di SPBU swasta sempat ditargetkan rampung pada akhir Oktober 2025 melalui kesepakatan jual beli BBM dasaran antara Pertamina dan BU hilir migas swasta.

Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menyebut kesepakatan tersebut akan tercapai pada Jumat (17/10/2025). Namun, hingga saat ini target itu belum terealisasi.

Namun, dalam perkembangan terakhir, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengklaim beberapa operator SPBU swasta akhirnya sepakat membeli base fuel dari Pertamina.

Bahlil menyebut negosiasi jual beli BBM dasaran tersebut murni dilakukan secara business to business (B2B) antara Pertamina dengan BU hilir migas swasta.

“Mereka lagi kolaborasi. Saya dapat laporan, sudah beberapa yang sudah melakukan perjanjian,” kata Bahlil kepada awak media, ditemui di kompleks Istana Kepresidenan pada Senin (20/10/2025) petang.

Bagaimanapun, saat ditanya lebih lanjut SPBU mana yang sudah sepakat untuk membeli base fuel dari Pertamina, Bahlil mengaku tidak mengetahui secara detail. “Saya tidak tahu teknisnya karena itu B2B.”

Ditemui secara terpisah pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung juga mengindikasikan BU hilir migas swasta telah menyepakati pembelian BBM dasaran dari Pertamina, sehingga proses penyaluran bisa segera dilakukan.

“Saya cek lagi poin-poin apa yang belum sepakat. Itu akan ada beberapa poin kesepakatan. Dari lima [BU swasta], sebagian besar sudah [sepakat], berarti sudah bisa segera eksekusi,”  tuturnya.

Untuk diketahui, proses jual-beli BBM dasaran dari Pertamina kepada operator SPBU swasta dilakukan melalui mekanisme lelang, di mana masing-masing badan usaha mengajukan calon importir serta sumber pasokannya.

Namun, kini pembahasan dilakukan secara langsung antara Pertamina dan setiap badan usaha swasta, bukan lagi secara kolektif.

Perubahan ini dimaksudkan agar negosiasi berjalan lebih efektif, lantaran dalam mekanisme sebelumnya sebagian peserta justru mengundurkan diri di tengah proses.

Pemerintah berharap skema baru ini dapat mempercepat tercapainya kesepakatan sehingga suplai BBM di SPBU non-Pertamina seperti Shell, BP-AKR, dan Vivo segera normal.

Adapun, Pertamina Patra Niaga juga telah mendatangkan kargo bensin dasaran tahap pertama yang akan dipasok ke operator SPBU swasta pada Rabu (24/9/2025). Akan tetapi, kargo BBM dasaran dengan volume 100.000 barel tersebut tidak laku terjual ke BU hilir migas swasta karena berbagai alasan.

Setelah itu, PPN kembali mengimpor 100.000 barel BBM dasaran tahap kedua pada Kamis (2/10/2025), dengan spesifikasi yang diharapkan sesuai dengan permintaan BU swasta. Kendati demikian, kargo BBM kedua tersebut kembali tak laku terjual.

Sebagai catatan, berdasarkan Kementerian ESDM, PPN tercatat memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kiloliter (kl) untuk 2025.

Sementara itu, Pertamina Patra Niaga menyebut operator SPBU swasta membutuhkan tambahan pasokan BBM dengan RON 92 sebanyak 1,2 juta barel base fuel, serta RON 98 sejumlah 270.000 barel base fuel untuk mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun ini.

(azr/wdh)

No more pages