Logo Bloomberg Technoz

Keputusan RDG kali ini di luar ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg hingga kemarin pagi menghasilkan median proyeksi BI Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 4,5% pada bulan ini. 

Suku bunga acuan yang tidak turun akan membuat imbal hasil (yield) instrumen berpendapatan tetap bisa lebih kompetitif. Jarak (spread) dengan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pun tidak melebar, sehingga berinvestasi di Indonesia tetap atraktif.

Perry menjelaskan, BI akan terlebih dulu memantau sejauh mana transmisi kebijakan moneter yang telah ditempuh terhadap sektor perbankan. Sejak September tahun lalu, BI Rate sudah dipangkas 150 bps ke posisi terendah sejak 2022.

“Namun demikian, penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat. Dibandingkan dengan penurunan BI Rate sebesar 150 bps, suku bunga deposito satu bulan hanya turun sebesar 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025. Penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,2% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05% pada September 2025,” ungkap Perry.

Oleh karena itu, sepertinya BI akan berfokus untuk memantau perkembangan suku bunga di perbankan sebelum ‘bermain’ dengan BI Rate. 

“Sekarang fokus kami adalah memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter yang sudah kami tempuh. Isunya adalah bagaimana suku bunga DPK yang turunnya masih lambat, suku bunga kredit bisa turun dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” tegas Perry.

(aji)

No more pages