"Seseorang akan masuk. Bukan kita. Kita tidak perlu melakukannya. Ada orang-orang yang sangat dekat, sangat dekat, yang akan masuk. Mereka akan melakukannya dengan sangat mudah, tetapi di bawah naungan kita," kata dia, tanpa menyebutkan siapa yang dimaksud.
Pejabat AS telah berulang kali mengatakan bahwa militer tidak akan terlibat langsung dalam konflik Israel-Palestina.
Dalam NBC’s Meet the Press pada Minggu, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan, "kami tidak berencana untuk mengerahkan pasukan di Gaza" dan 200 tentara AS ditempatkan di Israel hanya untuk "memantau ketentuan gencatan senjata."
Perkembangan ini menunjukkan rapuhnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang baru saja dirayakan Trump saat berkunjung ke Timur Tengah tiga hari lalu.
Kekerasan terus membara di beberapa wilayah Gaza, saat Hamas bertempur melawan faksi-faksi Palestina yang berseteru. Pada Minggu, video yang beredar di media sosial menunjukkan eksekusi enam pria yang dituduh kelompok tersebut melakukan spionase dan pemberontakan.
Peringatan Trump muncul beberapa jam setelah Hamas mengatakan tidak bisa menyerahkan jenazah sandera tambahan tanpa peralatan khusus. Israel menuduh kelompok itu tidak berusaha cukup keras, mengatakan bahwa jenazah setidaknya 12 orang lagi harus diserahkan sesuai perjanjian gencatan senjata.
Sebelumnya pada Kamis, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan bahwa menantu presiden, Jared Kushner dan utusan khusus, Steve Witkoff sedang "aktif bekerja" untuk menyelesaikan masalah seputar implementasi kesepakatan tersebut.
"Mereka terus membahas hal ini dengan kedua belah pihak untuk memastikan semua jenazah ditemukan dan dikembalikan," kata Leavitt kepada Fox News.
(bbn)
































