“Atas dasar itu, sudah pasti suplai konsentrat [tembaga Freeport] ke smelter-nya pasti berkurang, terganggu. Dengan demikian, maka saya punya keyakinan, akibat suplai konsentratnya belum sampai maksimal, pasti smelter-nya terganggu,” kata Bahlil.
“Nah, bagaimana agar smelter-nya bisa berjalan, tunggu sampai evaluasi teknis dari kejadian kemarin di underground.”
Adapun, aturan baru pengajuan RKAB kini mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Persetujuan RKAB serta Tata Cara Pelaporan Pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, yang diundangkan pada 3 Oktober 2025.
Lewat permen tersebut, pemerintah resmi mengembalikan periode pengajuan RKAB pertambangan menjadi 1 tahun, dari sebelumnya ditetapkan selama 3 tahun.
Freeport sendiri sebelumnya menangguhkan operasi tambang emas dan tembaga Grasberg sejak insiden longsor di Grasberg Block Cave (GBC) pada awal September. Operasional tambang bawah tanah GBC diperkirakan baru dapat pulih sepenuhnya pada 2027.
Dalam keterangan resminya, Freeport-McMoRan Inc. menyebut insiden longsoran lumpur bijih telah merusak sejumlah infrastruktur pendukung produksi di area GBC.
Akibatnya, PTFI terpaksa menunda kegiatan produksi dalam jangka pendek pada kuartal IV-2025 hingga sepanjang 2026 di area tambang tersebut.
Adapun, badan bijih GBC mewakili 50% dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Saat ini, PTFI memperkirakan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV 2025, sementara pengembalian operasi bertahap tambang GBC dijadwalkan pada paruh pertama 2026.
Konsekuensinya, penjualan tembaga dan emas PTFI bakal terbatas pada kuartal IV-2025, jauh di bawah estimasi sebelumnya yaitu 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas.
Sementara itu, pembukaan kembali kegiatan operasi GBC dimulai di tiga blok produksi di antaranya PB2 pada paruh pertama 2026, disusul PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026 dan PB1C menyusul pada 2027.
“Dalam skenario ini, produksi PTFI di 2026 berpotensi sekitar 35% lebih rendah dibandingkan dengan estimasi sebelumnya [sebanyak] 1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas,” tulis manajemen Freeport-McMoRan.
Dalam RKAB eksisting Freeport Indonesia, Kementerian ESDM menyetujui volume bijih yang ditambang Freeport sebanyak 212.000 ton per hari. Dalam bijih tersebut terdapat 1% kandungan tembaga dan 1 gram/ton emas.
Sementara itu, bijih yang ditambang secara anual ditargetkan sebanyak 75—77 juta ton untuk tahun ini.
Jumlah konsentrat yang diproduksi secara harian disetujui sebanyak 10.000 ton dan secara tahunan 3,5 juta ton, tergantung kadar tembaga yang ditambang. Kemudian, produksi tembaga tahun ini sebanyak 1,67 miliar pon, emas 1,6 juta ons, dan 5,7 juta ons.
(wdh)

































