Logo Bloomberg Technoz

"Meski dampaknya tidak seluas kontrol ekspor China lainnya terhadap berbagai industri, dominasi China dalam rantai pasokan baterai berarti mereka dapat menekan dengan keras, dan dampaknya dapat dirasakan dengan cepat oleh perusahaan AS," kata Matthew Hales, analis spesialisasi perdagangan dan rantai pasokan di BloombergNEF.

Pada tujuh bulan pertama 2025, menurut data terbaru dari BNEF, baterai lithium-ion skala jaringan China menyumbang sekitar 65% dari impor AS. Menurut para analis, pembatasan ekspor ini akan memengaruhi jenis baterai tersebut.

Penyimpanan baterai sangat penting bagi AS karena permintaan energi melonjak, didorong oleh ledakan kecerdasan buatan (AI). Pusat data AS meningkatkan konsumsi listrik lebih dari dua kali lipat dari 2017 hingga 2023, menurut laporan Lawrence Berkeley National Laboratory. Angka ini diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2028.

Cengkeraman kuat China pada rantai pasokan manufaktur baterai. (Bloomberg)

Meski ledakan AI di China terhambat oleh akses ke cip canggih dari AS, "permintaan energi menjadi kendala di AS untuk infrastruktur pusat data AI," kata Emily Kilcrease, Direktur Program Energi, Ekonomi, dan Keamanan Center for a New American Security.

Baterai skala besar membantu menyimpan energi terbarukan berlebih dan melepaskannya saat listrik dibutuhkan. Hal ini dapat membantu mencegah pemadaman listrik dan memperkuat stabilitas jaringan listrik.

Hampir tidak ada satu dekade lalu, instalasi baterai skala utilitas di AS mencapai total 26 gigawatt pada 2024. Di Texas saja, sekitar 4 gigawatt kapasitas baterai—cukup untuk memasok listrik bagi sekitar 3 juta rumah tangga—mulai beroperasi tahun lalu.

Menurut BNEF, diperkirakan akan ditambahkan kapasitas baru sebesar 136 gigawatt di seluruh negeri dalam dekade mendatang. Sebagian besar pasokan tersebut, kata Hales, harus berasal dari China dan tidak bisa dengan mudah digantikan oleh negara lain.

Kapasitas produksi baterai AS meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi tidak bisa memenuhi permintaan domestik untuk penyimpanan energi. Pabrik-pabrik itu juga akan terdampak oleh pembatasan baru China. Negara Asia ini mengendalikan sekitar 96% kapasitas produksi anoda dunia, menurut BNEF, dan 85% kapasitas katoda.

Kepala riset mineral kritis dan rantai pasokan di konsultan Trivium China, Cory Combs memaparkan bahwa penerapan komponen-komponen kunci ini dalam kebijakan Beijing merupakan "eskalasi besar-besaran" karena perusahaan di luar China sangat bergantung padanya.

"Banyak pabrik baterai yang sedang dibangun di wilayah Tenggara, semuanya akan terdampak hal ini—ini merupakan aliran bahan baku mereka," kata Celina Mikolajczak, eksekutif baterai yang pernah mengawasi produksi baterai di pabrik raksasa Tesla Inc dan Panasonic Corp di Nevada.

Saham perusahaan baterai Fluence Energy Inc amblas lebih dari 12% pada Jumat, penurunan terbesar sejak 12 Agustus, sementara saham Tesla turun 5%. Kedua perusahaan ini sebagian bergantung pada komponen baterai asal China.

Kebijakan China "menambah lapisan kompleksitas baru pada rantai pasokan global yang sudah ketat dan menekankan pentingnya mempercepat inovasi domestik," kata Denis Phares, CEO Dragonfly Energy Corp, produsen baterai dengan pabrik perakitan di Nevada.

Perusahaan ini "secara aktif berupaya mengurangi ketergantungan pada komponen yang bersumber dari China sebagai bagian dari rencana jangka panjang kami," bebernya.

Kontrol ekspor juga dapat menempatkan industri baterai China senilai miliaran dolar dalam posisi yang rentan. Di tengah kelebihan kapasitas domestik, perusahaan China semakin bergantung pada pasar luar negeri, sehingga "tidak jelas bagaimana China akan menerapkan kebijakan barunya," kata Bryan Bille, peneliti kebijakan dan geopolitik di Benchmark Mineral Intelligence.

Ada faktor lain yang memperumit: Analis memandang langkah-langkah China tidak hanya sebagai sumber leverage yang krusial dalam negosiasi perdagangan, tetapi juga sebagai cara untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya. 

"Saya pikir mereka sangat jelas tentang tidak ingin menyerahkan teknologi inti," ucap Ilaria Mazzocco, peneliti senior yang fokus pada industri energi bersih China di Center for Strategic and International Studies. "Saya pikir mereka benar-benar berambisi untuk menjadi kekuatan terdepan di industri ini selama puluhan tahun ke depan."

Xi Jinping bersama Donald Trump. (Sumber: Bloomberg)

Seberapa besar China akhirnya memutuskan untuk memanfaatkan pengaruh baterainya kemungkinan besar akan bergantung pada hasil negosiasi dagang. China mengizinkan pemulihan pengiriman logam tanah jarang ke AS setelah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump pada Juni lalu.

Trump dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan bertemu di Korea Selatan akhir bulan ini untuk menengahi kesepakatan dagang baru. Namun, merespons serangkaian kontrol terbaru China, Trump mengatakan "tidak ada alasan" untuk menghadiri pertemuan tersebut dan mengancam akan mengenakan tarif tambahan 100% pada China melalui serangkaian unggahan media sosial pada Jumat.

Namun, pemerintahan Trump kemudian mengisyaratkan terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan China guna meredakan perang dagang baru, sekaligus memperingatkan bahwa kontrol ekspor yang baru-baru ini diumumkan Beijing merupakan hambatan utama bagi perundingan.

(bbn)

No more pages