"Jadi semakin panjang periode waktu pembelian tiket, harusnya lebih efektif. Juga jumlah rutenya, semakin banyak rute yang diberi insentif, masyarakat akan mempunyai banyak pilihan. Akan lebih bagus kalau semua rute domestik mendapat insentif," katanya pada Bloomberg Technoz.
Menurut Gatot, pemerintah perlu mengomunikasikan insentif tersebut ke masyarakat. Gatot berpendapat, terdapat beberapa tantangan pemerintah di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
"Jumlah penumpang pesawat semester 1 tahun 2025 lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Lalu, jumlah pesawat lebih sedikit karena banyak pesawat yang masih di rawat di bengkel MRO. Sehingga kemungkinan banyak penumpang pesawat yang beralih ke transportasi lain karena kehabisan tiket," tambahnya.
Pasalnya, sebut Gatot, saat peak season Lebaran dan Nataru, maskapai akan menjual tiket di batas atas untuk ke luar Jakarta.
"Jadi kemungkinan walau ada insentif, harga tiket masih akan sama dengan saat ini, karena saat ini maskapai menjualnya di bawah batas atas," pungkasnya.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Perhubungan, insentif yang diberikan seperti PPN tiket pesawat ekonomi, diskon fuel surcharge, pemotongan PJP2U dan PJP4U, layanan advance dan extend serta operating hours yang lebih panjang serta penurunan harga avtur pada 37 bandara.
Diskon tarif pesawat udara diberlakukan pada periode pembelian tiket 22 Oktober 2025-10 Januari 2026, dengan periode penerbangan 22 Desember 2025-10 Januari 2026.
Untuk tiket kereta api, diskon tarif akan diterapkan mulai 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026 dengan besaran diskon 30% dari harga tiket normal. Selanjutnya, diskon angkutan laut berlaku sejak 17 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026 dengan besaran diskon 20% tarif normal.
Sedangkan untuk angkutan penyeberangan, operator akan menghapus jasa pelayanan pelabuhan pada kelas reguler dan menurunkan harga tiket eksekutif menjadi seharga tiket reguler pada periode perjalanan 22 Desember 2025-10 Januari 2026.
(ain)

































