Sejumlah saham–saham juga menjadi pendorong IHSG pada perdagangan Sesi I. Saham–saham energi, saham infrastruktur, dan saham transportasi mencatatkan kenaikan paling tinggi, dengan masing–masing menguat 2,59%, 2,11%, dan 0,78%.
Melesat tingginya IHSG sampai dengan ATH merupakan efek secara langsung dari kenaikan sejumlah saham Big Caps., terutama saham-saham Prajogo Pangestu.
Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Selasa (7/10/2025).
- Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) menyumbang 16,31 poin
- Chandra Daya Investasi (CDIA) menyumbang 7,86 poin
- Multipolar Technology (MLPT) menyumbang 7,51 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyumbang 4,91 poin
- Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menyumbang 3,95 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menyumbang 3,28 poin
- Merdeka Copper Gold (MDKA) menyumbang 2,98 poin
- IndoKripto Koin Semesta (COIN) menyumbang 2,37 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menyumbang 2,34 poin
- Petrosea (PTRO) menyumbang 1,25 poin
Adapun saham energi juga jadi penopang penguatan IHSG, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang menguat 24,7%, dan saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang mencetak kenaikan 11,7%.
Disusul oleh penguatan saham–saham infrastruktur, saham PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) melejit 34,9%, saham PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) juga menguat dengan kenaikan 10,2%, dan saham PT Remala Abadi Tbk (DATA) melesat 5,04%.
Melansir riset Phintraco Sekuritas, secara teknikal terdapat pembentukan histogram positif pada MACD diiringi dengan golden cross Stochastic RSI pada pivot area.
“Sehingga kami memperkirakan IHSG berpotensi lanjutkan penguatan menuju level 8.200-8.225 pada perdagangan Sesi II,” sebut riset Phintraco.
Panin Sekuritas memaparkan, IHSG lagi–lagi menyentuh level All Time High baru di level 8.217 dan ditutup menguat di 8.182. IHSG melanjutkan penguatannya dengan pendorong saham–saham konglomerasi di tengah minimnya sentimen domestik.
Sementara itu, sentimen luar negeri tetap fokus pada shutdown US government yang masih berlangsung hingga hari ini.
“Dari dalam negeri terdapat data ekonomi yang rilis yakni cadangan devisa Indonesia yang tercatat sebesar US$148,7 miliar pada September, turun 1,3% month–to–month,” terang Panin Sekuritas dalam riset terbarunya.
Sementara itu, MNC Sekuritas dalam Flash Notes–nya menyebut, cadangan devisa Indonesia yang turun 1,3% MoM mencerminkan tekanan terhadap rupiah yang melemah 1,06% month–to–date pada September, seiring meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk pembayaran utang luar negeri dan intervensi stabilisasi oleh BI.
“Fundamental eksternal Indonesia tetap solid, didukung oleh surplus perdagangan Agustus US$5,49 miliar, arus masuk Foreign Direct Investment, serta prospek tambahan devisa dari penerbitan global bonds pada kuartal IV–2025,” jelas MNC.
(fad)




























