Adapun Nyoto Suwignyo, birokrat Kemendagri eks pejabat Bapanas, dipercaya memimpin promosi dan kerja sama. Sementara itu, Tigor Pangaribuan alumni IPB dengan pengalaman profesional di BUMN dan perusahaan multinasional, menjabat Deputi Sistem dan Tata Kelola.
Komposisi pimpinan ini memunculkan perdebatan. Di satu sisi, pemerintah menekankan pentingnya manajemen, tata kelola, serta jaringan birokrasi dan keamanan untuk menjalankan program raksasa MBG yang menyasar jutaan siswa. Namun, kritik juga muncul karena minimnya representasi pakar gizi, kesehatan masyarakat, maupun ahli pangan dalam pucuk pimpinan lembaga tersebut.
Program MBG sendiri telah menjadi prioritas nasional, dengan target distribusi makanan bergizi ke anak sekolah di seluruh Indonesia. Namun, dengan struktur pimpinan yang didominasi figur berlatar belakang non-gizi, tantangan ke depan adalah memastikan program ini tidak hanya berjalan masif, tetapi juga sesuai standar kesehatan dan benar-benar menjawab isu stunting serta gizi buruk yang menjadi mandat awal Presiden.
(dec/spt)































