Dia menjelaskan tambahan biaya modal tersebut akan diperhitungan setelah tanggal efektif peralihan saham. Namun, biaya modal tersebut bisa juga diperoleh dari pinjaman baik kredit sindikasi dari beberapa bank, maupun lembaga pembiayaan lainnya.
Lebih lanjut, penurunan produksi emas dan tembaga yang terjadi di tambang Freeport bisa memengaruhi pendapatan dan keuntungan pemerintah. Nantinya, pembagian keuntungan tersebut tentunya akan dibagikan sesuai porsi saham masing-masing pihak.
“Apabila terjadi penurunan produksi tentu saja akan mempengaruhi pendapatan dan keuntungan juga,” dia menegaskan.
Prospek Pasar
Bagaimanapun, Rizal memprediksi pemerintah tetap tertarik untuk mengebut tambahan porsi kepemilikan saham Freeport sebesar 12% lantaran melihat prospek pasar emas dan tembaga yang menarik.
Rizal memandang gratis atau tidaknya biaya akuisisi saham yang dilakukan akan sangat tergantung pada penawaran yang dimiliki pemerintah dan Freeport.
“Salah satunya adalah keuntungan perusahaan dan ekspektasi ke depan yang akan diperoleh dari akuisisi saham tersebut; mengingat harga emas dan tembaga yang sangat menarik saat ini,” ujarnya.
Freeport-McMoRan Inc. memperkirakan pemulihan operasi tambang bawah tanah GBC baru bisa dicapai sepenuhnya pada 2027.
Menurut keterangan resmi emiten tambang berkode FCX di New York Stock Exchange (NYSE) itu, insiden longsoran lumpur bijih atau wet muck membuat infrastruktur pendukung produksi di GBC rusak.
Konsekuensinya, Freeport Indonesia mesti menunda produksi dalam jangka pendek pada kuartal IV-2025 dan sepanjang 2026 dari areal tambang ini.
“Hingga perbaikan selesai dan restart bertahap dapat dilakukan. Tingkat operasi sebelum insiden berpotensi dicapai kembali pada 2027,” tulis Freeport-McMoRan Inc dalam keterangan resmi pekan lalu.
Menurut laporan Freeport-McMoRan, badan bijih GBC mewakili 50% dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Insiden longsoran lumpur bijih yang terjadi di blok produksi PB1C itu turut merusak infrastruktur pendukung pada areal produksi lainnya.
“Informasi yang tersedia saat ini belum cukup untuk menyusun estimasi produksi baru,” tulis manajemen Freeport-McMoRan.
Saat ini, PTFI memperkirakan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV-2025, sementara pengembalian operasi bertahap tambang GBC dijadwalkan pada paruh pertama 2026.
Konsekuensinya, penjualan tembaga dan emas PTFI bakal terbatas pada kuartal IV-2025, jauh di bawah estimasi sebelumnya yaitu 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas.
Sementara itu, pembukaan kembali kegiatan operasi GBC dimulai di tiga blok produksi di antaranya PB2 pada paruh pertama 2026, disusul PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026 dan PB1C menyusul pada 2027.
“Dalam skenario ini, produksi PTFI di 2026 berpotensi sekitar 35% lebih rendah dibandingkan dengan estimasi sebelumnya; 1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas,” tulis manajemen Freeport McMoRan.
Sekadar catatan, PTFI membukukan penurunan laba bersih sebesar 18,4% pada semester I-2025 menjadi US$1,8 miliar atau sekitar Rp29,3 triliun (kurs Rp16.291/US$), dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$2,2 miliar atau sekitar Rp35,84 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, penurunan laba Freeport sejalan dengan capaian pendapatan bersih menjadi US$4,99 miliar atau turun tipis dari tahun sebelumnya yang senilai US$5,09 miliar.
Selain itu, biaya pokok penjualan bertambah menjadi US$2,27 miliar, sehingga laba kotor menurun ke US$2,72 miliar dari US$2,98 miliar pada semester I-2024.
Laba operasi Freeport pada semester I-2025 tercatat US$2,66 miliar, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,92 miliar. Sementara itu, pendapatan lain-lain terdiri atas bunga sebesar US$32,83 juta dan laba dari entitas usaha senilai US$7,81 juta.
Tekanan terbesar terhadap kinerja laba PTFI paruh pertama tahun ini berasal dari beban pajak yang naik menjadi US$672,23 juta dari US$535,24 juta pada periode yang sama tahun lalu, serta biaya bunga yang meningkat menjadi US$25,61 juta dari US$6,65 juta pada semester I-2024.
Sebelumnya, CEO BPI Danantara Rosan Perkasa Roeslani sebelumnya mengonfirmasi pemerintah berencana menambah kepemilikan saham di Freeport Indonesia sebesar 12%, lebih banyak dari rencana sebelumnya sebesar 10%.
Tidak hanya itu, Rosan mengklaim divestasi saham PTFI ke pemerintah melalui MIND ID dilakukan tanpa biaya.
“Free of charge [biaya akuisisi-nya]. Mantep kan, kalau dulu 10% sekarang 12%,” kata Rosan ditemui awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (16/9/2025).
(azr/ind)































