Meski sebagian besar saham di indeks S&P 500 menguat pada Selasa, indeks secara keseluruhan justru melemah. Indeks teknologi dengan kapitalisasi besar turun 1,5%. Setelah penutupan, Micron Technology Inc memberikan proyeksi yang positif. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun empat basis poin menjadi 4,11%. Dolar AS berfluktuasi, sementara emas bertahan di rekor tertingginya.
Harga minyak berlanjut naik pada perdagangan Rabu pagi, didorong kekhawatiran pasokan dari Rusia akibat serangan Ukraina ke infrastruktur energi serta meningkatnya ketegangan dengan NATO.
Perdagangan Asia hari ini juga berpotensi terdampak Topan Ragasa, setelah Hong Kong mengeluarkan peringatan level tertinggi ketika badai mendekati pantai. Selain angin kencang dan hujan deras, ketinggian air laut diperkirakan bisa naik hingga 2 meter sejak pukul 6 pagi waktu setempat. Ragasa bisa menjadi badai paling merusak di kawasan itu sejak Topan Mangkhut pada 2018.
Indeks perusahaan China yang terdaftar di AS jatuh 2,2% pada Selasa, penurunan terbesar dalam hampir satu bulan.
Komentar Pejabat The Fed
Di AS, sejumlah pembuat kebijakan semakin khawatir terhadap risiko pelemahan pasar tenaga kerja. Namun, sebagian lain tetap fokus pada kemungkinan inflasi di atas target yang bisa terdorong lebih tinggi oleh tarif dan kebijakan lain.
Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan, bank sentral perlu bertindak tegas menurunkan suku bunga seiring pelemahan pasar tenaga kerja. Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic menilai inflasi masih akan meningkat, senada dengan pandangan Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee.
“Meski beberapa pejabat The Fed yang hawkish menekankan kondisi pasar sebagai alasan untuk berhati-hati dalam memangkas suku bunga dalam waktu dekat, Powell dan kelompok inti tidak berpikir seperti itu,” ujar Krishna Guha dari Evercore.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut, pertumbuhan laba yang lebih kuat dari perkiraan, serta euforia terhadap perusahaan teknologi besar yang mengembangkan kecerdasan buatan, terus menjaga indeks saham mendekati rekor tertingginya.
Kenaikan tajam tersebut mendorong S&P 500 hampir 3% di atas rata-rata proyeksi akhir tahun yang dilacak Bloomberg, yakni 6.486. Hanya pada 2024 dan 1999, prediksi analis tertinggal sejauh ini dibanding kinerja pasar di periode yang sama.
“Pasar bullish saham masih ‘hidup dan bertenaga’,” kata Craig Johnson dari Piper Sandler. “Kami tetap mempertahankan pandangan bullish dalam jangka menengah hingga panjang, meski kami juga menyadari SPX telah naik hampir lima bulan berturut-turut tanpa koreksi berarti.”
(bbn)






























