“Arahan dari Menteri ESDM itu 7 hari [sejak Jumat pekan lalu] sudah terisi di SPBU swasta,” tegas Yuliot.
Yuliot enggan menjelaskan langkah mitigasi yang disiapkan kementeriannya jika target pemenuhan pasokan BBM SPBU swasta dalam satu pekan meleset.
Menurutnya, Kementerian ESDM hanya akan mengevaluasi kebijakan pembelian BBM dari Pertamina jika BBM di SPBU swasta masih langka pada pekan ini.
“Kalau tidak tercapai akan dievaluasi apa yang membuat tidak tercapai,” ujar Yuliot.
Dia memastikan bahwa para operator SPBU swasta sudah memberikan data kebutuhan BBM ke Pertamina, tetapi enggan mengungkap besarannya.
Selain itu, Yuliot juga tidak mau mengungkapkan asal negara impor yang dilakukan Pertamina. Ia mengaku akan mengecek hal tersebut terlebih dahulu ke Pertamina.
“Kita cek dulu pembahasan dengan Pertamina,” pungkas dia.
Berpotensi Meleset
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman memprediksi target Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam memastikan pasokan bahan BBM di operator SPBU swasta dalam waktu satu pekan akan meleset.
Penyebabnya, proses pengiriman BBM dari hub terdekat—yakni Singapura — saja memakan waktu 10 hari.
Dia menjelaskan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) juga perlu melakukan tender pembelian BBM dari sumber impor sebab, berdasarkan aturan yang berlaku, perseroan tidak dapat menunjuk langsung penjualnya.
Selain itu, Yusri juga meragukan bahwa para operator SPBU swasta telah menyetujui harga jual BBM yang ditawarkan oleh Pertamina. Dengan begitu, proses pengadaan BBM untuk memasok kebutuhan SPBU swasta diprediksi makin lama.
“Sepertinya sulit, setidaknya butuh 10 hari baru bisa ready di SPBU swasta,” kata Yusri ketika dihubungi, Selasa (23/9/2025).
“Pengadaan BBM di Pertamina Patra Niaga lewat mekanisme tender, itu butuh proses, jika main tunjuk langsung beli dari trader di Singapura; pertanyaannya apakah SPBU swasta setuju dengan harga dasarnya?” tegas Yusri.
Adapun, Bahlil membeberkan perusahaan pengelola SPBU swasta sepakat untuk membeli bensin dari Pertamina untuk mengisi kekosongan saat ini.
Nantinya, Pertamina bakal melakukan impor untuk menambal kebutuhan bahan bakar minyak jaringan SPBU swasta yang telah kosong sejak bulan lalu.
Di sisi lain, dia memastikan, bahan bakar yang akan dibeli SPBU swasta dari Pertamina akan berbasis fuel base atau murni.
“Dipastikan bahwa karena pasokan Pertamina yang sekarang sudah dicampur, jadi kemungkinan besar impornya impor baru,” kata Bahlil.
Menurut data Kementerian ESDM, Pertamina Patra Niaga memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kiloliter sampai akhir tahun ini.
Kuota itu dianggap cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga Desember 2025 sebesar 571.748 kiloliter.
Sementara itu, dia menegaskan, kualitas BBM Pertamina yang dijual ke SPBU swasta harus melalui uji kualitas yang dilakukan oleh joint surveyor yang disepakati bersama.
(azr/wdh)

































