Salah satu sentimen utama pendongkrak harga emas adalah arah kebijakan moneter, terutama di Amerika Serikat (AS). Pekan lalu, bank sentral Federal Reserve memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25%.
Ke depan, sepertinya kebijakan moneter longgar akan berlanjut. Ini terlihat dari dot plot edisi terbaru, di mana terlihat akan ada pemotongan lebih lanjut hingga akhir tahun.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Akan tetapi, investor mungkin patut waspada. Sebab, kenaikan harga emas sudah terlalu tinggi sehingga pasti akan datang saatnya konsolidasi.
“Emas sudah jenuh beli (overbought) setelah harga naik lebih dari 10% dalam lima pekan terakhir. Ini meningkatkan risiko konsolidasi sehingga harga bisa turun,” tulis catatan Heraeus Precious Metals GmbH & Co KG, juga dinukil dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana proyeksi harga emas untuk hari ini? Apakah bisa rekor lagi atau malah terkoreksi?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas nyaman di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 78.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun, RSI di atas 70 juga menjadi sinyal sudah overbought.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 78. Menghuni area beli (long) yang kuat, bahkan sudah hampir jenuh.
Hari ini, ada kemungkinan harga emas bakal turun. Cermati pivot point di US$ 3.687/troy ons.
Dari sini, harga emas sepertinya akan menguji support US$ 3.684/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Support lanjutan ada di US$ 3.671/troy ons yang menjadi MA-10.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 3.752/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas ke rentang US$ 3.770-3.781/troy ons.
(aji)






























