Dalam kesempatan itu, perseroan melaporkan realisasi produksi bijih timah sepanjang semester I-2025 mencapai 6.997 ton Sn atau terkontraksi sebesar 32% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10.250 ton Sn.
Sementara itu, penjualan logam timah juga turun 28% menjadi 5.983 metron ton pada semester I-2025 jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 8.299 metrik ton.
Dalam kaitan itu, produksi logam timah juga turun menjadi 6.870 metrik ton atau terkoreksi 29% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 9.675 metrik ton.
Di sisi lain, harga jual rata-rata logam timah senilai US$32.816 per metrik ton, naik 8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya seharga US$30.397 per metrik ton.
Direktur Operasi dan Produksi TINS Nur Adi Kuncoro menjelaskan penurunan produksi bijih timah juga dipengaruhi adanya lokasi pertambangan yang belum dapat ditambang yakni di Oliver di Laut Belitung, Briga di Bangka Tengah, serta Laut Rias di Bangka Selatan.
“Intensitas cuaca pada 2025 ini juga cukup lebih lama dari tahun lalu, dan juga adalah beberapa lokasi yang memang belum sepenuhnya kita bisa masuk ke lokasi tersebut,” kata Nur, dalam RDP dengan Komisi VI, dikutip Selasa (23/9/2025).
Lebih lanjut, Nur mengungkapkan sumber daya mineral timah perseoran mencapai 798.000 ton Sn hingga semester I-2025. Angka tersebut relatif stabil dalam lima tahun terakhir, dengan pergerakan fluktuatif di kisaran 800.000 ton Sn sejak 2020.
Dari sisi cadangan, PT Timah mengantongi sekitar 309.000 ton Sn per semester I-2025. Jumlah ini konsisten dengan tren cadangan dalam lima tahun terakhir yang berada di sekitar 300.000 ton Sn.
Adapun, luas wilayah IUP timah yang dimiliki perseroan mencapai 473.310 hektare (ha), terdiri dari 184.672 ha di darat dan 288.638 hektar di laut. Wilayah tersebut tersebar di Provinsi Bangka Belitung serta Kepulauan Riau.
Laba Minus
Dari sisi kinerja keuangan, TINS mencatat laba sepanjang paruh pertama 2025 senilai Rp300 miliar atau terkoreksi 31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di angka Rp434 miliar.
Adapun, TINS membukukan pendapatan Rp4,22 triliun atau susut 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,21 triliun.
Kendati demikian, beban pokok pendapatan perseroan turun 15,56% dari Rp4 triliun menjadi Rp3,37 triliun sampai periode yang berakhir Juni 2025.
Sementara itu, EBITDA perseroan sebesar Rp838 miliar atau lebih rendah 31% dibandingkan dengan posisi tahun lalu Rp1,2 triliun.
Di sisi lain, nilai aset perseroan susut ke level Rp12,33 triliun dari posisi tahun sebelumnya di angka Rp12,8 triliun.
Sementara itu, posisi liabilitas perseroan sebesar Rp5,03 triliun, turun 6% dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu lantaran pembelian kembali seluruh medium term notes.
Posisi ekuitas ikut susut 2% ke level Rp7,29 triliun, dikarenakan adanya pembagian dividen tunan tahun buku 2024 sebesar Rp475 miliar yang telah dibayar pada Juli 2025.
(azr/wdh)
































