"Dengan adanya dana tersebut, tentu ini memang memberikan ruang gerak yang lebih lebar ya bagi likuiditas di pasar," jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan penyaluran kredit perbankan dapat tumbuh dua digit pada akhir 2025, seiring tambahan likuiditas Rp200 triliun yang digelontorkan pemerintah kepada Himbara.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menyebut kucuran dana ini diharapkan langsung mendorong penyaluran kredit.
"Biasanya kan kalau dengan likuiditas apalagi murah ya, kita berharap yang terjadi dalam jangka pendek yang ingin kita lihat adalah pertumbuhan kreditnya," kata Febrio di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta.
"Kemarin [pertumbuhan kreditnya] terakhir kan hanya 7%. Kita ingin lihat itu bisa naik mungkin ke double digit by the end of the year. Saya yakin itu nanti bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," sambungnya.
Dampak tambahan likuiditas ini, ungkap Febrio, juga akan lebih cepat terasa dibanding instrumen moneter seperti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
"Biasanya kan kalau suku bunga BI diturunkan, misalnya sebagai perbandingan, itu bisa tiga, bahkan kadang-kadang enam bulan baru terasa dampaknya di aktivitas kredit," jelasnya.
Oleh karena itu, dia optimistis percepatan pertumbuhan kredit akan menopang laju ekonomi nasional di sisa tahun ini sekaligus memperkuat tren pemulihan pada tahun-tahun berikutnya.
"Jadi, kita lihat aja, harusnya positif tapi kecepatannya yang harus kita pantau," pungkasnya.
(lav)































