Adapun nantinya kebijakan ini tentunya akan sangat bergantung dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dari perusahaan.
Di luar kebijakan dividen, Bank Mandiri menegaskan kondisi likuiditas masih stabil dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) sekitar 90% hingga semester I/2025. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank only tercatat 11,2% yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri sebesar 6,96% yoy. “Ini menunjukkan bahwa kondisi likuiditas Bank Mandiri berada dalam kondisi yang stabil. Dan ini didukung oleh fundamental pendanaan yang solid dan juga disiplin dalam kita mengatur struktur likuiditas,” kata Novita.
Perseroan menargetkan likuiditas tetap sehat dengan strategi peningkatan DPK berbasis transaksi, memperluas ekosistem di segmen wholesale maupun retail, serta mendorong penetrasi digital melalui platform Livin’ dan Kopra. Disisi lain, terkait rencana pendanaan non-DPK, Bank Mandiri masih mengkaji penerbitan obligasi pada semester II/2025.
“Memang dalam rencana atau bisnis plan kami. Rencana bisnis bank kami yang sudah kami sampaikan kepada regulator. Memang terdapat rencana penerbitan obligasi. Namun rencana tersebut saat ini masih berproses dan masih menunggu persetujuan regulator. Tentunya akan kami sampaikan ke publik nantinya apabila sudah disetujui oleh regulator,” ujar Novita.
Bidik Pertumbuhan Kredit di Atas Industri
Hingga akhir Juni 2025, kredit konsolidasi BMRI mencapai Rp1.701 triliun, tumbuh 11% yoy. Meski begitu laba perusahaan sampai dengan semester I-2025 justru drop 7,7% secara yoy daru Rp26,5 triliun menjadi Rp24,5 triliun.
Ke depan BMRI menargetkan penyaluran kredit tetap tumbuh di atas rata-rata industri hingga akhir 2025, seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan dan meningkatnya permintaan pembiayaan. Pada paruh pertama pertumbuhan sudah lebih baik dari industri perbankan yang tercatat 7,03% yoy.
“Kami menargetkan pertumbuhan kredit berada di atas industri hingga akhir 2025. Ekspansi ini tetap dijalankan dengan prinsip kehati-hatian agar kualitas aset terjaga, dengan NPL berada di level sehat,” ujar Direktur Risk Management Bank Mandiri, Danis Subyantoro.
Bank Mandiri mencatat rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross di level 1,08% secara bank only pada Juni 2025, lebih baik dibandingkan rata-rata industri 2,22%. Rasio pencadangan atau NPL Coverage mencapai 273%, menegaskan ketahanan perseroan dalam mengantisipasi risiko.
Danis menjelaskan, pembiayaan diarahkan ke sektor-sektor prioritas yang ditetapkan dalam Loan Portfolio Guideline Bank Mandiri, antara lain makanan dan minuman, perkebunan, energi dan air, telekomunikasi, serta jasa kesehatan.
“Kami mempunyai Penduman Portfolio yang kami sebut Loan Portfolio Guideline yang dievaluasi secara berkala dengan mempertimbangkan kondisi makroekonomi, tren industri, dan dinamika pasar” jelasnya.
(rtd/wep)
































