Tri mengungkapkan kajian tersebut akan menentukan keputusan pemerintah; apakah izin Gag Nikel yang dibekukan sejak 5 Juni 2025 tersebut dikembalikan atau justru ditarik.
“Nah, meskipun dia pada 2024 memperoleh proper hijau, siapa tau ada sesuatu dari concern-nya Kementerian Lingkungan Hidup. Nah, ini mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama akan di-announce status daripada Gag Nikel itu sendiri,” kata Tri, medio Juli.
Adapun,Gag Nikel mengungkapkan belum mendapatkan kembali izin operasional pertambangannya hingga akhir Juli lalu.
Gag Nikel padahal telah berencana merevisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026 untuk menaikkan produksi bijih nikel menjadi 4 juta ton basah atau wet metric ton (wmt) tahun depan.
Di sisi lain, tenggat pelaporan RKAB 2026—seperti diumumkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) — akan jatuh pada Oktober 2025.
“Untuk status saat ini belum ada kepastian Gag Nikel untuk operasi. Untuk RKAB, kami tetap ikuti ketentuan,” kata pelaksana tugas [Plt] Direktur Utama Gag Nikel, Arya Arditya Kurnia ketika dimintai konfirmasi Bloomberg Technoz, akhir Juli.
Meskipun begitu, Gag Nikel enggan menjelaskan apakah rencana revisi RKAB nikelnya tetap dilanjutkan atau tidak. Perseroan hanya menegaskan akan mengikuti aturan RKAB yang berlaku.
Adapun, Gag Nikel merupakan pemegang kontrak karya [KK] Generasi VII dengan luas wilayah 13.136 hektare (ha) di Pulau Gag yang telah memasuki tahap operasi produksi berdasarkan SK Menteri ESDM No. 430.K/30/DJB/2017, berlaku hingga 30 November 2047.
Kementerian ESDM sebelumnya telah memberikan kuota produksi untuk 3 juta wmt pada 2024 untuk Gag Nikel. Selanjutnya, kuota produksi bijih nikel yang sama masing-masing 3 juta wmt diberikan untuk alokasi 2025 dan 2026.
PT Gag Nikel melaporkan telah memproduksi bijih nikel sebanyak 15,6 juta wmt dalam kurun 2018—2024. Perinciannya pada 2018 produksi Gag Nikel mencapai 913.000 wmt atau setahun setelah perusahaan memperoleh izin operasi produksi.
Kemudian, produksi tersebut meningkat menjadi 1,77 juta ton pada 2019, tetapi turun menjadi 1,16 juta ton pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Pada 2021, produksi melonjak hingga menyentuh puncaknya di angka 3 juta wmt. Angka ini sedikit menurun menjadi 2,78 juta wmt pada 2022, sebelum kembali ke level 3 juta wmt dua tahun setelahnya yakni pada 2023 dan 2024.
Adapun, penjualan Gag Nikel mencapai hampir 100% dari total produksi, yakni sebesar 15,4 juta wmt pada kurun 2018 hingga 2024.
PT Gag Nikel mengantongi kontrak karya (KK) generasi VII dengan luas wilayah 13.136 hektare (ha). Kontrak karya itu telah memasuki tahap Operasi Produksi berdasarkan SK Menteri ESDM No.430.K/30/DJB/2017.
Surat keputusan itu dikeluarkan oleh Menteri ESDM kala itu Ignasius Jonan. Lewat keputusan itu, PT Gag Nikel memiliki konsesi sampai 30 November 2047.
Berdasarkan data milik Antam per Agustus 2024, Gag Nikel mencatat cadangan bijih nikel mencapai 59 juta wmt. Sementara itu, potensi sumber daya dari tambang di Pulau Gag itu mencapai 318 juta wmt.
(azr/wdh)





























