Logo Bloomberg Technoz

Sebanyak 149 ZOM (21,3%) lainnya diprediksikan memasuki musim hujan pada Oktober 2025, meliputi sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, dan Papua bagian tengah.

Sementara itu, 105 ZOM (15%) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025, mencakup sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

Jika dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991–2020, sebanyak 294 ZOM (42,1%) akan mengalami awal musim hujan lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2%) sama dengan normalnya, dan 56 ZOM (8,0%) akan mengalami musim hujan lebih lambat (mundur). Artinya, mayoritas wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim hujan lebih cepat dari biasanya.

Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksi berada pada kategori normal (69,5%), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya. Namun, ada 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, ada pula 20 ZOM (2,9%) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.

"Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama di wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal," beber Dwikorita.

Oleh karena itu, lanjutnya, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak bisa ditekan.

Pada periode transisi di NTB, NTT, Papua Selatan, dan sebagian Sumatra, risiko kebakaran hutan dan lahan tetap perlu diwaspadai. Dari sisi kesehatan, meningkatnya kelembaban udara diprakirakan memperbesar peluang penyebaran penyakit tropis, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), khususnya pada Desember 2025–Januari 2026, sehingga pemberantasan sarang nyamuk, fogging, serta edukasi masyarakat harus diperkuat.

(ros)

No more pages