Meski Wang tidak merinci lebih lanjut, kesepakatan ini dipandang sebagai kemenangan bagi Beijing. Upaya China mendirikan bank tersebut sudah berlangsung sejak 2010, namun sempat ditentang Moskow. Rusia sebelumnya mengusulkan agar China bergabung dengan bank pembangunan yang dikendalikan Moskow, menurut analisis Carnegie Moscow Center tahun 2017.
Bert Hofman, mantan Direktur Bank Dunia untuk China, menilai bank ini kemungkinan akan menyediakan pembiayaan non-dolar AS untuk membantu anggota mengurangi risiko sanksi serta volatilitas dolar. Mata uang yang paling mungkin digunakan, kata Hofman, adalah yuan, karena “tidak ada negara anggota lain yang memiliki pasar modal cukup besar untuk menyediakan pembiayaan jangka panjang bagi infrastruktur.”
Bank pembangunan SCO ini juga berpotensi memperkuat posisi Beijing dalam tata kelola keuangan global, bersanding dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang dipimpin China. Sejak berdiri, keanggotaan AIIB telah berkembang menjadi lebih dari 100 negara, termasuk beberapa sekutu AS di Asia dan Eropa.
Meski begitu, Hofman mencatat ruang lingkup bank SCO lebih sempit dan tidak melibatkan negara-negara Barat dalam kepemimpinannya. Hal ini memungkinkan pemberian pinjaman lebih terfokus kepada 27 negara anggota dan mitra.
Pengumuman Wang menyusul pernyataan Xi Jinping sebelumnya yang mendesak agar bank pembangunan SCO bisa dibentuk “secepat mungkin.”
Selain itu, Wang menyoroti peluncuran Global Governance Initiative oleh Xi sebagai salah satu capaian penting KTT, sekaligus mengkritik “monopoli” tata kelola global oleh segelintir negara tanpa menyebut nama. Pernyataan tersebut sejalan dengan pidato Xi sebelumnya yang menyerukan penolakan terhadap “praktik perundungan” dalam sindiran halus kepada AS.
Xi juga menjanjikan peningkatan investasi dan pinjaman untuk para mitra SCO, memperkuat dukungan finansial sekaligus menambah pengaruh Beijing.
“Semua anggota adalah setara,” ujar Yermekbayev, mantan Menteri Pertahanan Kazakhstan. “Namun kita tidak bisa meremehkan arti penting China.”
Dalam deklarasi bersama, negara-negara anggota menyatakan penolakan terhadap tindakan koersif sepihak serta berkomitmen mempermudah perdagangan dalam kelompok. Mereka juga mengecam serangan militer Israel dan AS terhadap Iran pada Juni lalu, menyebutnya sebagai “pelanggaran serius” terhadap norma internasional dan kedaulatan Iran.
Di sela-sela pertemuan, Pakistan dan Armenia mengumumkan pembukaan hubungan diplomatik resmi dan menandatangani komunike bersama.
Langkah ini menambah bukti pengaruh SCO yang kian menguat. KTT kali ini — yang terbesar sejak organisasi didirikan pada 2001 — mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, serta Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif.
Kunjungan Modi ke China, yang pertama dalam tujuh tahun terakhir, juga disertai pertemuan bilateral dengan Xi. Kedua pemimpin bersepakat untuk memperbaiki hubungan, di tengah tekanan tarif tinggi yang dihadapi baik Beijing maupun New Delhi dari Washington.
(bbn)


































