"Ini kita bisa rasakan bagaimana emas mengalami kenaikan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, dan kita juga melihat ada inflows asing yang cukup masif di obligasi di tahun lalu dan tahun ini. Ini salah satu faktor yang mendorong kenapa terjadi penurunan bond yield," jelas Handy.
Sementara dari sisi domestik, penurunan suku bunga BI Rate dan SRBI ikut mendorong turunnya yield, khususnya pada tenor pendek. Penurunan outstanding SRBI juga memperlonggar likuiditas, sehingga memperkuat permintaan obligasi.
"Nah ini mungkin dua hal yang mendorong kenapa pasar kita masih sangat resilient dan solid di pasar obligasi," tuturnya.
Lebih jelasnya, dalam data Mandiri Sekuritas per 26 Agustus 2025 menunjukkan imbal hasil obligasi pemerintah terus mencatat penurunan sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD). Untuk tenor 5 tahun (FR104), yield turun 134 basis poin dari 5,95% menjadi 5,68%, dengan total return termasuk kupon mencapai 10%.
Obligasi tenor 10 tahun (FR103) juga mengalami penurunan yield 81 basis poin dari 7,12% menjadi 6,31%, menghasilkan total return 10,24%.
Penurunan yield juga terlihat pada tenor lebih panjang. Obligasi tenor 15 tahun (FR106) turun 52 basis poin dari 6,84% menjadi 6,68% dengan total return 9,19%, sementara tenor 20 tahun (FR107) turun 38 basis poin dari 7,20% menjadi 6,82% dengan total return 8,67%.
(lav)





























